Kamis, 22 Maret 2012

Sumber Hikmah Ada di Hati yang Ikhlas


Motahedeh Sefati, menilai al-Quran dan para maksumin sebagai teladan irfan terbaik dan mengatakan, "Di hati yang bersih, akan mengalir hikmah-hikmah ilahi."

Rasa News (11/3) melaporkan, Sefati yang juga guru Hauzah Ilmiah Narges mengatakan, "Dalam akhlak, yang terpenting adalah amal. Jika tidak beramal maka kita yang merugi. Ayat al-Quran mengandung berbagai masalah akhlak yang ketika dibaca harus terjadi perubahan dalam diri kita."

Sefati menyinggung ayat;
«والذین جاهدوا فینا لنهدینَّهم سُبُلَنا »
Dan mengatakan bahwa setiap insan jika banyak melakukan satu hal, maka dengan sendirinya dia akan selalu mengacu pada hal itu. Yang dimaksud adalah malakah (kebiasaan).

Terkait perbedaan jiwa dan ruh, Sefati menjelaskan, "Esensi ruh berkaitan dengan urusan Allah Swt dan kita tidak mengetahui apa-apa dalam hal ini akan tetapi yang pasti ruh membuat manusia hidup dan bergerak."

«و نفخ فیه من روحه و جعل لکم السمع و الابصار و الافئده»

Akan tetapi jiwa adalah ketika ruh itu bersanding dengan karakter dan kepribadian seseorang. Oleh karena itu, ruh berarti nyawa akan tetapi jiwa adalah ruh yang yang dibarengi dengan amal dan sikap."

Ruh yang telah bercampur dengan amal, perilaku, dan karakter itu disebut dengan jiwa atau nafs. Oleh karena itu dalam al-Quran disebutkan bahwa ketika ajal menjemput yang disebut bukan ruh akan tetapi jiwa atau nafs.
 
«الله یتوفّی الانفس حین موتها» «کل نفسٍ ذائقهُ الموتِ»

Menyinggung hadis dari Rasulullah Saw yang bersabda:
 
«من اخلص لله اربعین صباحاً جرت ینابیع الحکمه من قلبه علی لسانه»
 
"Barang siapa berikhlas di jalan Allah Swt selama 40 hari maka akan mengalir sumber-sumber hikmah dari hati melalui lisannya."

Sefati menjelaskan bahwa ilmu saja tidak cukup. Amal dengan ikhlas akan mendatangkan hikmah."(IRIB Indonesia/MZ)

0 komentar:

Posting Komentar