Bahaya besar narkoba sedang mencengkeram negeri ini. Meski polisi mampu menggulung jaringan narkoba internasional, barang haram itu masih bebas beredar di kelab malam.
Tabrakan maut yang mengakibatkan sembilan nyawa melayang di Jakarta, Minggu (22/1), merupakan salah satu dampak mengonsumsi narkoba. Sesaat setelah pesta narkoba jenis ekstasi di sebuah kelab malam di kawasan Jakarta Pusat, Afriani Susanti mengemudi mobil Daihatsu Xenia B 2479 XI. Dalam kecepatan tinggi mobil itu menabrak pejalan kaki di Jalan MI Ridwan, dekat Tugu Tani, Jakarta Pusat.
Kasus itu semakin membuktikan betapa ancaman narkoba terhadap anak bangsa ini semakin lama semakin mengerikan. Itu semakin mengerikan bila hasil tangkapan polisi selama sepekan terakhir dilihat.
Polisi pada 16 Januari menangkap anggota jaringan Belanda-Iran yang mengedarkan narkotika jenis sabu melalui perairan internasional. Hanya selang satu pekan kemudian, Minggu, polisi kembali mencokok anggota jaringan internasional dari Malaysia.
Direktur IV Ditnarkoba Bareskrim Polri Brigjen Arman Depari mengakui Indonesia merupakan pangsa pasar narkoba terbesar di Asia Tenggara. "Ekstasi dipasok dari Belanda. Sabu dari China. Heroin dari Iran. Pasar di sini memang sangat besar," tukasnya.
Keberhasilan polisi membekuk jaringan internasional tidak diimbangi gencarnya razia penggunaan narkoba di kelab malam. Dari pantauan Media Indonesia di sebuah tempat hiburan di kawasan Hayam Wuruk, Taman Sari, Jakarta Barat, narkoba begitu mudah ditemui.
Saat masuk ke diskotek di lantai empat tempat hiburan yang menyebut dirinya one stop entertainment, pengunjung langsung didekati orang-orang berjaket setelah melewati pemeriksaan tiket. "Mau inek, Pak? Barangnya sedang bagus," kata seseorang berjaket dan bertopi.
Konsentrasi pemeriksaan petugas keamanan hanya senjata tajam dan senjata api. Pembawa ekstasi lolos begitu saja meski di sana ada polisi dari Polres Jakbar dan Polda Metro Jaya.
Direktur Reserse Narkotik dan Obat-obatan (Diresnarkoba) Kepolisian Daerah Metro Jaya Komisaris Besar Nugroho Aji mengatakan penumpang dan pengemudi maut mobil Xenia membeli dua butir ekstasi senilai Rp 600 ribu saat berada di sebuah diskotek di Jalan Hayam Wuruk, Jakarta Barat. Sebelum menenggak pil tersebut, mereka sudah teler alkohol terlebih dahulu.
"Mereka beli tiga botol di kafe di Kemang," kata Direktur Narkoba Polda Metro Jaya Komisaris Besar Nugroho Aji di Markas Polda Metro Jaya pada Selasa, 24 Januari 2012.
Nugroho mengatakan aparat kini tengah memburu orang yang menjual ekstasi yang ditenggak para tersangka. "Anggota sekarang di lapangan. Kami terus kembangkan keterangan tersangka," kata Nugroho.
Keempat tersangka mobil maut tersebut adalah Afriani Susanti, 29 tahun; Deny Mulyana (30), Adistina (26), serta Arisendi (34). Afriani adalah pengemudi, sisanya penumpang dalam mobil Xenia maut tersebut. Semuanya sudah ditetapkan sebagai tersangka penyalahgunaan narkotik.
Mereka diduga berpesta wiski dan narkotik sepanjang Sabtu malam dan Minggu dinihari lalu sebelum kendaraan yang dikemudikan Afriani menerjang trotoar dengan kecepatan tinggi. Mobil Daihatsu Xenia ini akhirnya menabrak 13 pejalan kaki--sembilan di antaranya tewas--di Jalan Ridwan Rais, Gambir, Jakarta Pusat, Ahad, 22 Januari 2012 sekitar pukul 11.00 siang.
Dua butir ekstasi tersebut mereka beli secara patungan. Masing-masing kemudian menenggak setengah butir. Pil tersebut membuat mereka semakin teler lantaran sebelumnya keempatnya baru saja pesta minuman keras di sebuah kafe di Kemang.
Kasubdit II Psikotropika Direktorat Reserse Narkotik dan Obat-obatan (Diresnarkoba) Polda Metro Jaya Ajun Komisaris Besar Eko Saputro mengatakan polisi juga akan menciduk orang-orang yang berpesta narkotik bersama mereka. "Kami ciduk satu-satu," katanya.
Direktur Lalu Lintas Kepolisian Daerah Metro Jaya Komisaris Besar Dwi Sigit Nurmantyas menjabarkan hasil pemeriksaan sementara tersangka kasus Xenia maut yang menewaskan sembilan orang, Selasa, 24 Januari 2012.
"Dari hasil wawancara, tersangka mengaku lost control," ujar Sigit. Sedangkan tiga temannya yang lain, menurut tersangka, tertidur.
Tersangka yang bernama Afriani Susanti, 29 tahun, menjelaskan dalam pemeriksaan ia menyetir kencang karena hari itu adalah hari libur sehingga jalanan sangat sepi. "Maka dari itu ia menyetir dengan kencang. Tapi ternyata lepas kendali," kata Sigit.
Menurutnya, tersangka memiliki kemampuan mengendarai mobil. Hanya saja SIM-nya sudah mati dan Daihatsu Xenia-nya merupakan mobil pinjaman. "Itu bukan alasan. Kami punya gerai-gerai perpanjangan SIM yang kami sebar di beberapa tempat," ucap Sigit.
Afriani adalah pengemudi Daihatsu Xenia yang menabrak 13 pejalan kaki di Jalan M.I. Ridwan Rais, Gambir, Jakarta Pusat, Minggu, 22 Januari 2012, pukul 11.12 WIB. Dalam peristiwa tersebut, sembilan orang meninggal dan tiga orang luka berat.
Sebelumnya, tersangka dan tiga penumpang dalam mobil maut mengaku bahwa rem mobil Xenia nahas itu blong. Setelah dicek, ternyata tidak ada masalah dengan rem Xenia tersebut.
Afriani diketahui mengendarai mobil Daihatsu Xenia hitam berpelat nomor B 2479 XI dengan kecepatan kurang lebih 100 km/jam, Ahad, 22 Januari 2012. Afriyani positif mengkonsumsi narkoba dan miras sebelum menabrak ke-13 korban. (IRIB Indonesia/Micom)
Tabrakan maut yang mengakibatkan sembilan nyawa melayang di Jakarta, Minggu (22/1), merupakan salah satu dampak mengonsumsi narkoba. Sesaat setelah pesta narkoba jenis ekstasi di sebuah kelab malam di kawasan Jakarta Pusat, Afriani Susanti mengemudi mobil Daihatsu Xenia B 2479 XI. Dalam kecepatan tinggi mobil itu menabrak pejalan kaki di Jalan MI Ridwan, dekat Tugu Tani, Jakarta Pusat.
Kasus itu semakin membuktikan betapa ancaman narkoba terhadap anak bangsa ini semakin lama semakin mengerikan. Itu semakin mengerikan bila hasil tangkapan polisi selama sepekan terakhir dilihat.
Polisi pada 16 Januari menangkap anggota jaringan Belanda-Iran yang mengedarkan narkotika jenis sabu melalui perairan internasional. Hanya selang satu pekan kemudian, Minggu, polisi kembali mencokok anggota jaringan internasional dari Malaysia.
Direktur IV Ditnarkoba Bareskrim Polri Brigjen Arman Depari mengakui Indonesia merupakan pangsa pasar narkoba terbesar di Asia Tenggara. "Ekstasi dipasok dari Belanda. Sabu dari China. Heroin dari Iran. Pasar di sini memang sangat besar," tukasnya.
Keberhasilan polisi membekuk jaringan internasional tidak diimbangi gencarnya razia penggunaan narkoba di kelab malam. Dari pantauan Media Indonesia di sebuah tempat hiburan di kawasan Hayam Wuruk, Taman Sari, Jakarta Barat, narkoba begitu mudah ditemui.
Saat masuk ke diskotek di lantai empat tempat hiburan yang menyebut dirinya one stop entertainment, pengunjung langsung didekati orang-orang berjaket setelah melewati pemeriksaan tiket. "Mau inek, Pak? Barangnya sedang bagus," kata seseorang berjaket dan bertopi.
Konsentrasi pemeriksaan petugas keamanan hanya senjata tajam dan senjata api. Pembawa ekstasi lolos begitu saja meski di sana ada polisi dari Polres Jakbar dan Polda Metro Jaya.
Direktur Reserse Narkotik dan Obat-obatan (Diresnarkoba) Kepolisian Daerah Metro Jaya Komisaris Besar Nugroho Aji mengatakan penumpang dan pengemudi maut mobil Xenia membeli dua butir ekstasi senilai Rp 600 ribu saat berada di sebuah diskotek di Jalan Hayam Wuruk, Jakarta Barat. Sebelum menenggak pil tersebut, mereka sudah teler alkohol terlebih dahulu.
"Mereka beli tiga botol di kafe di Kemang," kata Direktur Narkoba Polda Metro Jaya Komisaris Besar Nugroho Aji di Markas Polda Metro Jaya pada Selasa, 24 Januari 2012.
Nugroho mengatakan aparat kini tengah memburu orang yang menjual ekstasi yang ditenggak para tersangka. "Anggota sekarang di lapangan. Kami terus kembangkan keterangan tersangka," kata Nugroho.
Keempat tersangka mobil maut tersebut adalah Afriani Susanti, 29 tahun; Deny Mulyana (30), Adistina (26), serta Arisendi (34). Afriani adalah pengemudi, sisanya penumpang dalam mobil Xenia maut tersebut. Semuanya sudah ditetapkan sebagai tersangka penyalahgunaan narkotik.
Mereka diduga berpesta wiski dan narkotik sepanjang Sabtu malam dan Minggu dinihari lalu sebelum kendaraan yang dikemudikan Afriani menerjang trotoar dengan kecepatan tinggi. Mobil Daihatsu Xenia ini akhirnya menabrak 13 pejalan kaki--sembilan di antaranya tewas--di Jalan Ridwan Rais, Gambir, Jakarta Pusat, Ahad, 22 Januari 2012 sekitar pukul 11.00 siang.
Dua butir ekstasi tersebut mereka beli secara patungan. Masing-masing kemudian menenggak setengah butir. Pil tersebut membuat mereka semakin teler lantaran sebelumnya keempatnya baru saja pesta minuman keras di sebuah kafe di Kemang.
Kasubdit II Psikotropika Direktorat Reserse Narkotik dan Obat-obatan (Diresnarkoba) Polda Metro Jaya Ajun Komisaris Besar Eko Saputro mengatakan polisi juga akan menciduk orang-orang yang berpesta narkotik bersama mereka. "Kami ciduk satu-satu," katanya.
Direktur Lalu Lintas Kepolisian Daerah Metro Jaya Komisaris Besar Dwi Sigit Nurmantyas menjabarkan hasil pemeriksaan sementara tersangka kasus Xenia maut yang menewaskan sembilan orang, Selasa, 24 Januari 2012.
"Dari hasil wawancara, tersangka mengaku lost control," ujar Sigit. Sedangkan tiga temannya yang lain, menurut tersangka, tertidur.
Tersangka yang bernama Afriani Susanti, 29 tahun, menjelaskan dalam pemeriksaan ia menyetir kencang karena hari itu adalah hari libur sehingga jalanan sangat sepi. "Maka dari itu ia menyetir dengan kencang. Tapi ternyata lepas kendali," kata Sigit.
Menurutnya, tersangka memiliki kemampuan mengendarai mobil. Hanya saja SIM-nya sudah mati dan Daihatsu Xenia-nya merupakan mobil pinjaman. "Itu bukan alasan. Kami punya gerai-gerai perpanjangan SIM yang kami sebar di beberapa tempat," ucap Sigit.
Afriani adalah pengemudi Daihatsu Xenia yang menabrak 13 pejalan kaki di Jalan M.I. Ridwan Rais, Gambir, Jakarta Pusat, Minggu, 22 Januari 2012, pukul 11.12 WIB. Dalam peristiwa tersebut, sembilan orang meninggal dan tiga orang luka berat.
Sebelumnya, tersangka dan tiga penumpang dalam mobil maut mengaku bahwa rem mobil Xenia nahas itu blong. Setelah dicek, ternyata tidak ada masalah dengan rem Xenia tersebut.
Afriani diketahui mengendarai mobil Daihatsu Xenia hitam berpelat nomor B 2479 XI dengan kecepatan kurang lebih 100 km/jam, Ahad, 22 Januari 2012. Afriyani positif mengkonsumsi narkoba dan miras sebelum menabrak ke-13 korban. (IRIB Indonesia/Micom)
0 komentar:
Posting Komentar