Sabtu, 03 Maret 2012

Ragam Manfaat Tidur

Tidur Lelap Ampuh Singkirkan Stres

Sebuah penelitian dari UC Berkeley telah menemukan bukti klinis bahwa ada hubungan antara tidur dan fungsi otak afektif. Perlu diketahui, rutinitas sehari-hari bisa mendatangkan stres yang membuat tingkat emosi kian meninggi.

Penelitian yang ditampilkan dalam jurnal Current Biology, menemukan fakta bahwa rapid-eye movement (REM), sebuah gerakan mata selama rentang waktu tidur di mana indikator-indikator stres membuat pengalaman emosional lebih mudah dikelola.

Menurut salah satu peneliti, Els van der Helm, yang juga dikutip dalam ninemsn.com, selama tidur REM sedang diaktifkan kembali, dan dimasukkan ke dalam perspektif dan terintegrasi ke otak.

Dalam penelitian tersebut juga menambahkan bahwa orang sehat pada umumnya menghabiskan 20 persen dari jam tidur mereka di Rapid-eye movement, dimana masalah yang berkaitan dengan tingkat emosional yang tinggi akan diproses dan mengurangi emosional subyektif di keesokan harinya.

Mimpi merupakan komposisi neurokimia yang unik. Dimana dalam mimpi tersebut sebenarnya menjelma sebagai terapi untuk menenangkan dan menghilangkan sisi emosional yang buruk. Untuk itu, usahakan tidur malam dalam porsi yang cukup, sehingga badan tetap bugar, dan tingkat emosional semakin menyingkir!

Tidur Nyenyak, Tubuh Sehat

Tidur merupakan kebutuhan primer seperti halnya sandang, pangan, dan papan. Jangan sepelekan masalah gangguan tidur. Kurang tidur terbukti bisa menurunkan daya tahan tubuh bahkan berakibat pada kematian.

Mengutip American Insomnia Association, helpguide.org menyebutkan bahwa tidur yang tidak sempurna alias tidak berkualitas bisa mengakibatkan orang cepat merasa lelah di siang hari. Selain itu, mood bisa berubah-ubah tanpa sebab jelas. Juga mengalami kesulitan fokus pada sebuah pekerjaan.

Sedangkan pada situs howstuffworks.com memperkuat pernyataan itu. Disebutkan, setelah tiga hari tidak tidur, manusia akan mengalami halusinasi dan tidak bisa berpikir. Pada akhirnya akan mengalami disorientasi kenyataan.

Uji coba pada tikus yang dipaksa tidak tidur, akhirnya berujung pada kematian. Itu membuktikan bahwa tanpa tidur, makhluk hidup bisa mati. Membuktikan pula bahwa tidur tidak kalah penting dengan kebutuhan yang dianggap primer seperti sandang, papan, dan pangan.

Tidur yang baik adalah tidur yang nyenyak tanpa gangguan tidur. Spesialis kejiwaan dari Sanatorium Dharmawangsa Ashwin Kandouw mengatakan, gangguan tidur merupakan kondisi yang sangat subjektif. Pada saat seseorang merasa terganggu dengan kondisi itu, baru bisa dikatakan sebagai gangguan. Cirinya antara lain tetap merasa lesu, meski sudah tidur lebih dari delapan jam.

Sulit tidur atau sering disebut insomnia, menurut Ashwin hanyalah satu dari sekian banyak gangguan tidur. Gangguan lain ialah hipersomnia, yakni tidur berlebihan, termasuk di siang hari. Kedua masalah itu termasuk kategori gangguan tidur primer dyssomnia.

Kualitas tidur seseorang tidak ditentukan lamanya waktu. Delapan jam memang disebut-sebut sebagai periode tidur yang paling tepat dan berkualitas. "Tapi itu persepsi, bukan penentu kualitas tidur," kata Ashwin.

Tidur Siang Tingkatkan Daya Ingat

Menurut situs webMD, jika Anda tidur siang, Anda bisa bangun dengan ingatan yang lebih tajam. Itulah yang terjadi di sebuah penelitian terbaru mengenai tidur siang yang melibatkan 33 siswa.

Pertama-tama, para siswa melakukan tiga tes mengenai ingatan jangka pendek mereka. Pada tes yang satu, mereka harus mempelajari dan mengingat pasangan kata-kata yang tidak berhubungan, seperti 'aligator' dan 'cigar'. Pada tes yang lain, mereka harus menyusuri dan mengingat sebuah tempat yang berliku-liku yang ditampilkan di layar komputer. Dan pada tes terakhir, para siswa harus menyalin gambar yang rumit ke selembar kertas, dan kemudian menggambar dari ingatan.

Kemudian, setengah dari para siswa tidur siang selama 45 menit, sementara para siswa yang lainnya menonton tv. Akhirnya, semua siswa mengulangi tiga tes daya ingat tersebut. Tidur siang meningkatkan nilai pada tes pasangan kata, tetapi tidak pada dua tes lainnya.

Penelitian yang  dilakukan oleh Matthew Tucker, PhD, dan William Fishbein, PhD, yang bekerja di psychology department of the City College of the City University of New York ini menunjukkan nilai bahwa pada semua tes, orang dengan nilai tertinggi pada tes sebelum tidur merupakan orang yang memiliki nilai tertinggi pada tes setelah tidur. Oleh sebab itu, jika mereka tidak benar-benar menyerap  informasi sebelum tidur, maka tidur siang tidak akan secara ajaib membuat informasi itu terserap.

Kurang Tidur Sebabkan Gangguan Jiwa

Jika Anda termasuk orang yang sering mengalami sulit tidur (insomnia), ada baiknya sedikit waspada. Menurut para periset dari Harvard Medical School dan University of California di Berkeley, Amerika Serikat, orang yang kurang tidur karena mengalami sulit tidur cenderung berisiko lebih besar mengalami psike, alias gangguan jiwa.

Menurut penelitian tersebut, kurang tidur akan mengakibatkan berkurangnya beberapa fungsi tubuh. Termasuk pengaturan sistem kekebalan tubuh dan sistem metabolisme. Kurang tidur juga mengakibatkan berkurangnya daya belajar dan daya ingat. Pemindaian otak yang dilakukan dalam penelitian juga menunjukkan bahwa otak yang mengalami kurang tidur akan menjadi sangat lelah dan emosi menjadi abnormal.

Paraperiset meneliti 35 orang partisipan yang tidak tidur selama 35 jam. Dengan menggunakan alat Functional Magnetic Resonance Imaging (FMRI), periset mengamati aliran peredaran darah di otak. Dari alat itu pula, periset bisa melihat bagian otak mana yang mengalami peningkatan aktivitas.

Setelah sekian lama tidak tidur, para partisipan diminta melihat gambar-gambar yang merangsang respons emosional mereka. Tanggapan mereka bisa sedih, marah, atau senang. Ternyata, bagian otak amygdala menunjukkan peningkatan 60% jika dibandingkan dengan orang tidur normal. Amygdala merupakan bagian otak yang terkait dengan reaksi emosional manusia. Itu berarti, kondisi kurang tidur yang dialami bisa mengakibatkan keluarnya respons-respons yang berlebihan.

Menurut periset Matthew Walker, seperti diungkap medicalnewstoday.com, tanpa tidur, otak beraktivitas tidak normal, tidak mampu mengolah pengalaman emosional yang masuk ke otak untuk diproses menjadi respons yang tepat dan terkendali. Beberapa studi sebelumnya memang telah mengindikasikan pasien gangguan psike umumnya juga menderita gangguan tidur. (IRIB Indonesia/RM/Mediaindonesia)

0 komentar:

Posting Komentar