Sabtu, 03 Maret 2012

Apa Manfaat Menjauhkan Diri dari Kehinaan Maksiat?

رُوِیَ عَنْ رَسُولِ الله (صلّی الله علیه وآله وسلّم) قال:
مَنْ خَرَجَ مِنْ ذُلِّ الْمَعْصِيَةِ إِلَى عِزِّ الطَّاعَةِ آنَسَهُ اللَّهُ عَزَّ وَ جَلَّ بِغَيْرِ أَنِيسٍ وَ أَعَانَهُ بِغَيْرِ مَالٍ.[*]
 
Diriwayatkan Rasulullah Saw bersabda: "Barang siapa yang keluar dari kehinaan maksiat menuju kemuliaan ketaatan kepada Alah Swt, maka Dia akan bersahabat dengannya tanpa sahabat, dan Allah akan menolongnya tanpa harta."

Ayatullah Mojtaba Tehrani menjelaskan hadis Rasulullah Saw itu dan mengatakan, "Barang siapa yang keluar dari kehinaan maksiat menuju kemuliaan ketaatan kepada Allah Swt, kalimat ini berarti dosa menimbulkan kehinaan bagi manusia. Yakni ketika seseorang meyakini penciptaan dan kiamat, serta menerima hukum-hukum Allah Swt, jika dia melanggar perintah-Nya, maka dampak dari dosa dan maksiat itu adalah kehinaan. Sebaliknya, menaati hukum-hukum Allah Swt, akan mendatangkan kemuliaan bagi manusia. Berarti, dosa membuat seseorang hina dan ketaatan mendatangkan kemuliaan."

"Rasulullah Saw bersabda bahwa jika seseorang menarik diri dari kehinaan maksiat dan dosa dan bergegas menuju ketaatan kepada Allah Swt, maka akan ada dua hasil yang ia peroleh. Sebagai manusia, kita semua di dunia ini menderita dari dua hal. Pertama, kita semua sendirian. Kedua kita semua menghadapi ketidakmampuan dan keputusasaan. Jalan manusia di dunia ini tidak mulus, melainkan penuh dengan masalah, problema, dan fluktuasi. Ini semua adalah sesuatu yang normal dan tidak ada pengecualian."

"Manusia ketika menghadapi kesulitan, apa yang diinginkannya? Dia ingin ada orang yang menolongnya. Jika ia sendirian ketika menghadapi masalah, maka ia akan sangat menerita. Jika ia tidak mampu mengatasi kesulitan tersebut dan putus asa, maka ia akan sangat menderita. Maka, kesendirian dan ketidakmampuan itu merupakan dua hal yang membuat manusia menderita. Rasulullah bersabda bahwa jika seseorang keluar dari kehinaan maksiat dan menuju kemuliaan ketaatan, maka kedua penderitaan itu bagi manusia akan berakhir. Allah Swt akan bersahabat dengannya tanpa ia harus memiliki sahabat. Yakni dia tidak memerlukan sahabat lain kecuali Allah Swt. Sahabatnya adalah Allah Swt dan dengan demikian dia tidak merasa khawatir. Dia akan berkata telah memiliki Allah dan dia tidak lagi merasa khawatir."

"Allah Swt bukan hanya menjadi sahabatnya, akan tetapi akan menolongnya tanpa melalui harta. Allah Swt akan menyelesaikan seluruh kesulitannya tanpa melalui sarana materi. Dia tidak akan lagi kebingungan apa yang harus dilakukannya untuk menyelesaikan masalahnya, karena Allah Swt yang akan menyelesaikannya." (IRIB Indonesia/MZ)
[*].  بحار الانوار، جلد72، صفحه 359

0 komentar:

Posting Komentar