Sabtu, 03 Maret 2012

Esemka Uji Emisi, Rakyat Indonesia Berdoa Semoga Sukses


Mobil Esemka telah berada di Jakarta sebagai persiapan menjalani uji emisi di Balai Termodinamika, Motor, dan Sistem Propulsi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. Mobil Esemka tiba di Jakarta pada Sabtu pagi 25 Februari 2012 setelah menempuh perjalanan sekitar 600 kilometer dari Surakarta. Mobil itu sempat diistirahatkan sejenak di sekitar Monumen Proklamasi.Rencananya uji emisi akan dilakukan pada Senin, 27 Februari 2012.

Uji emisi tersebut sebagai syarat terakhir untuk mendapatkan surat uji tipe dari Kementerian Perhubungan, sehingga selanjutnya bisa digunakan untuk produksi massal.

Dukungan agar mobil Esemka lolos uji emisi datang dari Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan. Meskipun sebelumnya sempat berkomentar bahwa mobil Esemka hanya sebatas pembelajaran siswa dan bukan untuk industri, kini dia berharap Esemka lolos uji emisi. "Mudah-mudahan lolos uji emisi dan jadi prototipe mobil nasional yang baik," katanya kepada wartawan di Surakarta, Sabtu, 25 Februari 2012.

Dia mengatakan siswa sekolah menengah kejuruan memang dididik untuk memiliki keahlian tertentu, termasuk merakit mobil. Semakin banyak tenaga yang mampu merakit mobil, menurut Dahlan, semakin mudah mewujudkan mobil nasional.

"Apalagi jika ada perusahaan yang mau menampung anak-anak itu, untuk selanjutnya bekerja di pabrikan pembuat mobil nasional," katanya. Ketika ditanya apakah BUMN bakal terlibat dalam proyek mobil nasional, dia menjawab bisa saja hal itu dilakukan, seperti PT Inka yang sudah membuat mobil GEA.

Mobil Esemka dari Surakarta saat ini sudah berada di Balai Termodinamika Motor dan Propulsi (BTMP) Serpong, Tangerang, Banten, untuk uji emisi.


Mobil itu diperkirakan baru bisa keluar menjelang Senin sore, 27 Februari 2012. Salah satu teknisi Engineering BTMP, Anis Sukmono, Esemka akan menjalani serangkaian tes. Hanya saja, mesin mobil harus didinginkan terlebih dulu. "Istilahnya preconditioning," kata Anis.

Proses pendinginan itu membutuhkan waktu yang lama, sekitar enam hingga delapan jam. Padahal, proses ujinya hanya membutuhkan waktu 19 menit 40 detik. "Sehingga mobil harus dikipasi dengan blower agar lebih dingin," kata Anis.

Jika sudah dingin, Esemka akan menjalani tes cool start. "Akan dihitung emisinya pada awal mesin menyala," katanya. Selanjutnya, mesin akan dibiarkan menyala agar panas. Setelah itu, Esemka akan menjalani uji hot start. "Ada dua jenis tes dalam tahap ini," kata Anis.

Esemka akan disimulasi berjalan di jalanan luar kota dan dalam kota. Simulasi akan dilakukan dengan cara memutar roda dengan peralatan roller. "Sembari disimulasi, emisinya akan dihitung," kata Anis.

Dalam simulasi luar kota, mobil akan dipacu dengan kecepatan 120 kilometer per jam. Semua tes itu membutuhkan waktu 19 menit 40 detik. Hasilnya bisa dilihat saat itu juga. "Kami hanya menyajikan data, soal lulus atau tidak itu kewenangan Kementerian Perhubungan," kata Anis.

Wakil Wali Kota Surakarta Hadi Rudyatmo yakin Esemka mampu mengikuti tes tersebut. Apalagi, mereka sudah mencoba memacu mobil itu dengan kecepatan 120 km/jam saat melewati tol Semarang. "Kalau sampai tidak lulus kebangeten," katanya.

Sementara itu, Mobil Esemka menempuh jarak ratusan kilometer dari Surakarta ke Jakarta. Kondisi mesin masih prima saat pengecekan di daerah Tegal. Hanya, setelan bahan bakarnya masih cukup boros. Mobil itu mengkonsumsi satu liter Pertamax untuk menempuh perjalanan sekitar 8 kilometer.

Hal itu diketahui saat mengisi bahan bakar di salah satu SPBU di sekitar Brebes. Mobil itu butuh 43 liter Pertamax untuk memenuhi tangki bahan bakarnya. Sebagai catatan, saat pengisian, mobil itu sudah menempuh jarak 263 kilometer. Beberapa saat kemudian rombongan mengecek kembali. Mereka memenuhi tangki bahan bakar di sebuah SPBU di Cirebon. Ternyata butuh 8,6 liter Pertamax untuk memenuhi tangki mobil yang baru berjalan 76,4 kilometer itu.

Anggota DPR yang ikut mengendarai mobil itu, Roy Suryo, menilai konsumsi bahan bakar itu tergolong boros untuk mobil ukuran mesin 1.500 cc. "Namun masih bisa diiritkan lagi," katanya. Borosnya konsumsi disebabkan oleh kondisi mesin masih inreyen.

Salah satu teknisi yang menyertai, Sri Setyawan, menyebut borosnya konsumsi bahan bakar tergantung penyetelan perangkat injeksi dan pengapian. Artinya, mobil itu memang bisa dibuat lebih irit. "Dulu pernah seliter bisa buat 12 kilometer," katanya.

Proses uji emisi mobil Esemka, Senin, 27 Februari 2012, selesai dalam waktu delapan jam. Pengujian juga harus dihadiri perwakilan dari Kementerian Perhubungan Darat. Hal itu dikatakan Anis Sukmono, petugas engineering dari Balai Termodinamika Motor dan Propulsi (BTMP) Serpong. "Untuk mobil produk baru memang lebih lama pengujiannya," kata dia. Menurut Anis, pengujian akan dilakukan saat mesin dalam kondisi dingin. Mereka juga akan menguji saat mesin sudah panas atau hot start.

Selain itu, pengujian harus dihadiri tiga pejabat yang akan mengesahkan. "Dua dari balai dan satu pejabat dari kementerian," kata Anis. Proses pengujian bisa memakan waktu enam hingga delapan jam. Wakil Wali Kota Surakarta Hadi Rudyatmo berharap pengujian itu bisa selesai dalam satu hari. "Lebih cepat lebih baik," katanya.

Esemka itu merupakan mobil buatan siswa SMK 2 Surakarta. Kendaraan ini sempat mencuri perhatian setelah Wali Kota Solo Joko Widodo menggunakannya sebagai kendaraan dinas. Tak tanggung-tanggung, sejumlah pejabat negara seperti Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Marzuki Alie juga membeli kendaraan ini.

Mobil Esemka Rajawali yang dulu bernama Kiat Esemka, Senin (27/2) siap melakukan uji emisi di Balai Thermodinamika Motor dan Propulsi (BTMP) Serpong, Tangerang, Banten. Uji emisi tersebut meliputi pengujian emisi kondisi mesin dingin dan panas. Tahap awal, Esemka Rajawali harus menjalani proses reconditioning yang memakan waktu selama lebih kurang 6-8 jam. Proses itu wajib dijalani untuk menurunkan temperatur oli dan mesin agar sama dengan temperatur ruangan.

Pengujian emisi tersebut menggunakan siklus Euro2, dimana mobil akan menjalani dua siklus, yakni perkotaan dan siklus luar kota. Untuk siklus perkotaan mobil diuji dengan variasi kecepatan mulai dari 15, 30, hingga 50 kilometer per-jam. Sedang untuk luar kota, mobil akan menjalani uji emisi dengan kecepatan dari 50, 70, 100 hingga 120 kilometer perjam. Dari kecepatan itu akan diukur akselerasinya, kestabilan, deselerasi, dan idle atau dalam kondisi statis. Tes siklus itu dijalani dalam waktu 1.180 detik atau 19 menit.

Dari uji dua siklus itu nantinya akan ditempatkan dalam dua tempat berbeda, dalam kota dan luar kota. Dari sana akan diteliti gas buang kendaraan, dari kandungan Co, Co2, Hidrokarbon, dan NoX. Apakah Esemka Rajawali itu memenuhi ambang batas gas buang atau tidak. (IRIB Indonesia/Tempo interkatif)

0 komentar:

Posting Komentar