Sabtu, 03 Maret 2012

Makanan Dalam Islam, Halal Saja Belum Cukup


Islam memperhatikan seluruh dimensi kehidupan manusia bahkan hingga masalah-masalah kecil. Salah satu di antara masalah penting yang menjadi perhatian Islam adalah kesehatan fisik dan makanan sehat.

Hujjatul Islam Derakhshan-pour, guru Hauzah Ilmiah Qom mengatakan, "Para ulama Islam pada masa dulu sangat terkenal dalam bidang pengobatan dan berbagai ilmu pengetahun lain. Akan tetapi sekarang bidang pengobatan seakan terlupakan."

Menurut Derakhshan-pour, jenis makanan yaitu halal dan haram dan juga cara mengkonsumsinya dengan benar, merupakan salah satu masalah penting yang perlu diperhatikan karena memiliki pengaruh pada jasmani, jiwa, dan sifat-sifat seseorang. Makanan dapat membuat badan manusia sehat atau bahkan sakit. Makanan juga dapat mengantar manusia menuju kebahagian atau kesengsaraan. Oleh karena itu, para ulama terdahulu, sangat memperhatikan dan menjaga masalah ini.

Dengan kata lain, benar bahwa kebahagiaan sejati manusia terkandung dalam masalah maknawi dan kejiwaan, akan tetapi fisik juga memiliki pengaruh dan peran yang tak kalah penting. Jika sehat, maka dapat membantu manusia mencapai kesempurnaan maknawi.

Dikatakannya, "Pada tahap awal, kita harus tahu pengobatan itu datang dari mana dan bagaimana al-Quran dan hadis-hadis Ahlul Bait menjelaskan hal ini."

"Melalui sedikit perenungan kita dapat mengetahui bahwa pengobatan itu datangnya dari Allah Swt sebagai penyembuh pertama. Salah satu nama Allah adalah Tabib dan Syafi (Penyembuh). Dengan demikian, pengobatan itu bersumber dari Allah Swt dan diturunkan melalui wahyu dan juga berkat pertolongan-Nya."

"Ada berbagai macam metode pengobatan, di antaranya pengobatan islami, pengobatan tradisional, dan pengobatan modern, serta berbagai jenis pengobatan lain. Pengobatan tradisional telah ada sejak lama dan kira-kira masih digunakan hingga kini. Pengobatan tradisional itu sangat terkenal dan para pembesar Islam banyak yang mengamalkannya seperti Abu Ali Sina dan banyak lagi tabib besar Islam. Lalu apakah jenis pengobatan seperti ini masih dapat dijalankan sampai saat ini?"

Obat Herbal dan Identifikasi Penyakit, Prinsip Pengobatan Tradisional

Derakhshan-pour di bagian lain menjelaskan peran tumbuh-tumbuhan obat dalam metode pengobatan tradisional dan mengatakan, "Pengobatan tradisional digunakan untuk menyembuhkan berbagai penyakit dan sebagian besarnya menggunakan tanaman obat. Mungkin untuk saat ini, penggunaan obat-obatan herbal untuk semua penyakit tidak efektif karena kesulitan menemukan tanaman obat dan faktor biaya, dan saat ini tidak terlalu banyak digunakan meski pada dahulu kala sangat efektif.

Pengobatan Modern Tidak Mengacu pada Identifikasi Menyeluruh Sebab-Sebab Penyakit

Derakhshan-pour menjelaskan cara kerja pengobatan modern dan mengatakan, "Pengobatan modern yang saat ini digunakan lebih mengacu pada sel-sel dan genetik dan lebih mengarah pada kinerja sel yang pengobatannya menggunakan obat-obatan kimia, meski terkadang pengobatannya juga menggunakan obat-obatan herbal, akan tetapi dengan menambah unsur kimia, oabat-obatan itu dipasarkan dalam bentuk kapsul atau sirup."

"Salah satu masalah yang ada dalam hal ini adalah dalam metode moderen ini, sebab-sebab penyakit biasanya tidak teridentifikasi dan lebih fokus mencegah perkembangan penyakit, memberantasnya, atau mempengaruhinya, akan tetapi tidak berusaha menemukan sebab-sebabnya. Sementara pada pengobatan tradisional, sebab-sebab sangat diperhatikan."

"Jika kita menemukan sebab-sebabnya, maka kita dapat menyembuhkannya. Allah Swt menciptakan badan yang pintar, sebagai contoh ketika kulit tangan kita terluka, kita menyaksikan bahwa dalam beberapa hari luka itu sembuh? Siapa yang menyembuhkannya? Maka badan manusia pintar dan mampu menyembuhkan diri sendiri, kita harus menemukan sebab-sebab dan salah satu kelemahan pengobatan modern adalah tidak mengacu pada identifikasi sebab-sebab penyakit."

Tidak Perhatian Terhadap Cara Konsumsi Makanan

Derakhshan-pour, yang juga peneliti pengobatan islami mengatakan, "Satu lagi masalah yang dihadapi pengobatan modern adalah tidak memperhatikan cara mengkonsumsi makanan dalam proses pengobatan dan jarang dokter yang memiliki banyak informasi mengenai pengobatan tradisional. Biasanya mereka hanya mengimbau untuk mengkonsumsi atau menghindari jenis makanan. Akan tetapi tidak ada dokter yang menyusun menu makanan untuk pasiennya."

"Dalam beberapa waktu terakhir, masalah ini kembali diperhatikan akan tetapi sayang sekali, para dokter mengadopsi cara-cara Barat dalam mengatur menu makanan sementara menu makanan dalam Islam sangat berbeda."

"Mereka menggunakan alkohol, mengkonsumsi daging babi, dan banyak lagi yang yang mereka gunakan dalam makanan yang semuanya tidak dapat dikonsumsi oleh kaum Muslim. Jika kita sebagai Muslim meniru menu mereka, maka tentu tidak akan bermanfaat, dan karena itu pula para dokter kesulitan dalam menyembuhkan penyakit."

Apakah Masa dan Tempat Berpengaruh pada Menu?

Hujjatul Islam Derakhshan-pour mengatakan, "Tentu. Dalam beberapa kasus kedua hal tersebut mempengaruhi akan tetapi terkadang tidak. Contohnya, di kawasan-kawasan panas, mungkin orang lebih banyak mengkonsumsi kurma, akan tetapi ini bukan berarti orang yang tinggal di kawasan dingin tidak mengkonsumsi kurma. Dalam al-Quran disebutkan tentang memakan kurma. Al-Quran diturunkan untuk semua umat manusia di seluruh penjuru dunia bukan untuk kawasan tertentu saja. Dalam syariat disebutkan ketika kalian berpuasa maka berbukalah dengan memakan kurma. Dengan demikian berbuka dengan kurma adalah mustahab dan tidak untuk umat di sejumlah kawasan saja, melainkan untuk semua baik yang ada di Afrika, Asia, atau Eropa."

Pengobatan Islam Bersumber dari Al-Quran dan Hadis

Derakhshan-pour mengatakan, pengobatan islami bersumber dari al-Quran dan hadis. Rasulullah Saw bersabda;
«انی تارک فیکم الثقلین کتاب الله و عترتی»
Yakni "Aku meninggalkan dua pusaka kepada kalian [umat] al-Quran dan keluargaku."

Dengan merujuk pada al-Quran, kita akan dapat menemukan ayat-ayat tentang pengobatan. Contohnya dalam al-Quran disebutkan ayat;
کلوا وشربوا ولا تسرفوا
Imam Ali as juga berkata bahwa dalam al-Quran terdapat ayat tentang pengobatan yaitu ayat tersebut di atas. Untuk membedah dan menggali makna lebih dalam dari ayat tersebut, kita harus merujuk pada ayat lain, yaitu penafsiran ayat dengan ayat lain dan juga dengan menggunakan hadis-hadis dari Ahlul Bait as.

"Mungkin kita tidak punya kemampuan untuk menyingkap hakikat pengobatan Islam akan tetapi kita dapat mendekatkan diri, sama seperti bahwa al-Quran adalah sebuah hakikat yang luas dan setiap orang menggali hakikat al-Quran sesuai kemampuan yang mereka miliki, begitu juga dengan pengobatan islami. Pengobatan islami bersumber dari al-Quran dan hadis-hadis."

Makanan Baik Dianjurkan dalam Al-Quran dan Doa

Hujjatul Islam Derakhshan-pour menyinggung berbagai ayat dan riwayat mengenai makanan dan mengatakan, "Kita akan mendapatkan gambaran lebih jelas tentang pengobatan islami dengan merujuk pada ayat-ayat al-Quran dan riwayat. Allah Swt dalam al-Quran berfirman:
«کلوا من طیبات ما رزقناکم»
Yakni makanlah makanan yang bersih dan baik. Manusia dapat menemukan banyak hal yang dapat dimakan, akan tetapi al-Quran mengimbau untuk mengkonsumsi makanan yang bersih dan baik. Di ayat lain disebutkan;
«یا ایها الرسل کلوا من الطیبات و اعملوا صالحا انی بما تعملون علیم»
Yakni pertama mengkonsumsi makanan yang bersih dan baik, dan berikutnya melakukan amal saleh sehingga bermanfaat."

"Perhatikan betapa sisi maknawi dan kebaikan saling terkait karena jika seandainya seseoran mengkonsumsi makanan yang tidak baik, maka pikiran, fisik, psikologi, dan metabolisme badan manusia akan kacau dan ketika manusia sakit, setan akan lebih mudah merasuk."

"Pada ayat tersebut, al-Quran tidak menggunakan kata halal, dan tampaknya halal saja tidak cukup, akan tetapi di 99 persen doa-doa tentang makanan, kata halal selalu disebutkan bersama dengan kata tayyib, atau baik. Dalam doa Hamzah Tsumali, disebutkan;
«وارزقنی من فضلک رزقا واسعا حلالا طیبا»
Dengan demikian halal saja tidak cukup. Misalnya sosis, halal tetapi tidak baik, atau makanan sisa yang dalam hadis disebut makruh, halal tapi tidak baik. Dianjurkan untuk menghindari makanan sisa, karena akan membuat manusia malas dan ini sangat berpengaruh dalam ibadah manusia."

"Dalam riwayat disebutkan bahwa alam malakut langit dan bumi tidak akan terbuka kecuali jika manusia memakan makanan yang baik. Artinya, jika kita ingin memasuki alam malakut langit dan bumi serta mengetahui hakikatnya, maka kita harus mengkonsumsi makanan yang baik. Imam ali dalam sebuah riwayat mengimbau agar kita semua tidak berlebih-lebihan dan juga tidak sedikit dalam makan. Bahkan dalam mengkonsumsi makanan yang baik pun tidak boleh berlebih-lebihan karena akan menimbulkan masalah. Oleh karena itu al-Quran menyebutkan;
«کلوا واشربوا ولا تسرفوا»
Yakni jangan sampai kita membuang-buang makanan yang baik."

Makanan Akan Mempengaruhi Spiritualitas Masyarakat

Hujjatul Islam Derakhshan-pour mengatakan, "Jika cara makan dalam masyarakat dibenahi, maka betapa masalah ini akan berpengaruh besar dalam spiritualitas masyarakat. Pembenahan cara makan saja akan menimbulkan perubahan besar dalam masyarakat. Akan tetapi sangat disayangkan sekali karena cara makan kebanyakan kita meniru Barat. Dalam riwayat disebutkan bahwa ketika sedang makan, jangan minum sebelum selesai makan. Akan tetapi minum di tengah-tengah makan sudah menjadi kebiasaan saat ini dan ini semua meniru budaya Barat. Al-Quran di ayat lain menyebutkan;
«فلینظر الانسان الی طعامه»
Yakni manusia dilihat [dikenali] dari makanannya."

Seperti Apa Makanan yang Baik

Derakhshan-pour menjelaskan bahwa makanan yang baik adalah makanan yang tidak makruh dan haram. Sebagian makanan dan cara mengkonsumsinya tergolong makruh. Seperti dalam hadis Imam Shadiq as dianjurkan untuk tidak mengkonsumsi satu jenis makanan dua kali dalam sehari atau air minum di sebuah gelas yang tidak habis dan dibiarkan setelah beberapa jam, dianjurkan untuk tidak diminum. Makanan sisa juga termasuk makanan yang makruh, karena makanan sisa sudah hilang khasiatnya. Dengan demikian, dapat kita simpulkan bahwa makanan halal saja tidak cukup."

"Mengkonsumsi sejumlah daging, makruh dan mengkonsumsi sebagian makanan dalam jumlah banyak juga makruh. Para imam maksum as berpesan bahwa memakan banyak telur makruh atau mengkonsumsi sebagian makanan yang tidak dihasilkan secara alami, termasuk cuka. Cuka jika diproduksi secara alami, maka termasuk makanan yang baik dan jika tidak afkjmaka termasuk makan yang makruh. Letak kemakruhannya adalah pada dampak buruk yang diakibatkan."

"Jika kita mengenal makanan yang makruh dan halal, maka kita akan menghindari keduanya, begitu juga dengan cara mengkonsumsi yang tidak benar. Maka selebihnya adalah makanan yang baik."

"Memang tidak mengapa untuk mengkonsumsi makanan makruh dalam kondisi terpaksa. Akan tetapi apakah dapat dibayangkan dampaknya terhadap jiwa dan kesehatan kita jika seandainya kita tidak mengetahui makanan yang makruh serta kita mengkonsumsinya pagi, siang dan malam, setiap hari, setiap pekan, dan setiap bulan."

Makanan yang Baik dan Kesehatan Fisik dan Psikologis

Derakhshan-pour mengatakan, bahwa makanan yang baik juga dinamakan dengan makanan fitrah. Yaitu makanan yang sesuai dengan sel-sel tubuh kita.

Misalnya sebagian makanan mengandung hestamin yang menyebabkan alergi. Alergi dapat membuat seseorang tidak dapat beraktivitas dengan baik. Berarti makanan itu tidak sesuai dengan sel-sel tubuh dan bukan tipe makanan fitrah. Terdapat milyaran sel dalam tubuh manusia, yang masing-masing membutuhkan suplai makanan yang sesuai. Bahkan dalam hewan pun demikian, sebagian hewan hanya mengkonsumsi jenis makanan tertentu. Kambing tidak akan memakan daging, dan jika ia tetap memakan daging maka fitrahnya akan berubah.

Dalam riwayat disebutkan bahwa jika ayam memakan kotoran najis, maka harus dilakukan proses istibro' karena makanan itu berpengaruh pada ayam dan merusak dagingnya. Tidak semudah yang dibayangkan bahwa makanan pada akhirnya akan terbuang dan tidak memiliki pengaruh. Tubuh manusia juga seperti itu. Fisik dan jiwa yang sehat juga karena makanan yang baik karena jika tidak hasilnya akan berbeda.(IRIB Indonesia/MZ)

0 komentar:

Posting Komentar