Rabu, 16 November 2011

Shalat, Satu Bentuk Perjalanan Spiritual Paling Ideal


Shalat adalah sebuah kota dengan seluas laut yang selalu diliputi dengan kesegaran air dan angin musim semi di tengah kerinduan kepada Allah Swt. Kondisi kota shalat selalu dipenuhi dengan zikir kepada Allah Swt dan diliputi angin segar malakuti yang selalu menyegarkan spirit manusia.
 
Di awal kota shalat terdapat mata air yang suci dan bening. Melalui berwudhu, kita menyucikan hati dan spirit di kandung badan. Saat membasuh wajah, cahaya langit menyinari wajah kita dan merontokkan segala kotoran bak daun-daun yang berjatuhan di musim semi. Membasuh tangan dan wajah yang kemudian dilanjutkan dengan mengusap kepala dan kaki, semuanya itu mengandung hikmah yang terselubung. Sebab, kita harus berada dalam kondisi bersih dan suci secara lahir dan batin saat bertemu dengan kekasih sejati.
 
Karena shalat adalah pondasi agama Islam dan kunci dalam perubahan manusia, ibadah ini pun menjadi pusat kajian sekelompok ilmuwan. Para cendikiawan muslim selalu mengkaji berbagai aspek shalat, khususnya hakekat dan spirit ibadah ini. Mereka menilai shalat sebagai faktor pengubah manusia. Lebih dari itu, mereka menyebutnya sebagai bentuk perjalanan spiritual yang terideal.
 
Terkait hal ini, Pemimpin Tertinggi Revolusi Islam Iran, Ayatollah Al-Udzma Sayid Ali Khamenei, mengatakan, "Sesungguhnya shalat adalah bagian ibadah terideal. Shalat menumbuhkan syarat-syarat yang diperlukan dalam spirit manusia untuk melakukan pengorbanan, tawakal dan ibadah yang semuanya itu adalah penopang hal-hal pelik seperti jihad, perintah dan larangan (amar makruf wa nahi munkar), serta zakat. Shalat juga mendorong manusia sebagai pemberani di front. Lebih dari itu, ibadah ini melepaskan manusia dari belenggu-belenggu kezaliman dan mengarahkan kekuatan ego ke arah hakekat dan kebaikan. Karena selalu menghadapi berbagai uji coba, manusia selalu membutuhkan shalat."
 
Sejumlah cendekiawan Barat menilai shalat sebagai eksperimen agama. Mereka lebih cenderung menganggap shalat yang selalu memberikan ketenteraman bagi manusia, sebagai dampak spiritual shalat dan perannya dalam menenangkan diri manusia. Dampak shalat dan ibadah merupakan hal yang tak dapat dipungkiri bagi mereka.
 
Psikolog AS, Link Henry, mengatakan, "Setelah melakukan riset panjang di bidang kejiwaan, saya menyimpulkan bahwa manusia yang berhubungan dengan agama dan tidak lepas dari ibadah, lebih mempunyai kepribadian tangguh yang sama sekali tidak akan diraih oleh seorang yang tidak beragama."
 
Terkait hal ini, seorang cendekiawan Eropa lainnya mengatakan, "Saya seringkali melihat tempat peribadatan dan gereja yang mencerminkan kesenjangan. Saya berpikir hal itu juga terjadi di masjid-masjid muslim. Akan tetapi ketika melihat shalat Iedul Fitri dari dekat di London, saya melihat bentuk persamaan terindah di kalangan mereka. Di sana sama sekali tidak ada kesenjangan. Orang-orang besar duduk berdampingan dengan masyarakat biasa dalam barisan shalat tersebut. Semua orang yang hadir dalam shalat tersebut, mempunyai kedudukan yang sama di hadapan Allah Swt, bahkan mereka nampak ceria dan saling mengasihi satu sama lain. Saat imam jamaaah shalat menekankan bahwa shalat merupakan faktor terpenting bagi persamaan, saya tidak menyangsikan lagi bahwa agama Islam benar-benar layak memimpin dunia."
 
Carnegie Dale, psikolog AS, ketika menyampaikan metode terapi diri, mengajak setiap orang supaya menaruh perhatian terhadap kekuatan luar biasa yang terkandung di balik shalat dan ibadah. Dikatakannya, "Mengapa kita tidak mengkoordinasi dan memperbarui kekuatan yang dimiliki jiwa dan tubuh ini dengan ibadah dan doa? Para psikolog menyimpulkan bahwa doa dan keimanan pada agama menyingkirkan kekhawatiran dan ketakutan yang membuat gelisah dalam kehidupan ini."
 
Marshall Bowaza, pakar Islam asal Swiss, menyebut shalat sebagai pelepas kegelisahan kehidupan materi di dunia. Dikatakannya, "Shalat adalah pengingat keesaan dan kebesaran Tuhan dan sarana yang dapat meluapkan kerinduan kepada Tuhan. Kerinduan itu membuat manusia tidak terlena dalam rutinitas kehidupan manusia."
 
Dalam kajian sebelumnya disinggung bahwa shalat berfungsi melembutkan spirit dan psikologi manusia. Selain itu, shalat disebut-sebut sebagai kekuatan terbesar dalam melawan berbagai kendala dalam kehidupan ini dan menenangkan jiwa manusia.
 
William James, seorang psikolog asal AS berkeyakinan, "Jika diperlukan kekuatan untuk menanggung berbagai peristiwa yang tak dikehendaki, doa dan shalat lah yang menjamin kekuatan ini." Menurut Roger Garaudy, seoorang cendekiawan dan filosof asal Perancis, shalat adalah sarana penting untuk mengenal diri dan Tuhan. Dikatakannya, "Dalam shalat, manusia kembali pada diri sendiri dan menyaksikan eksistensi pada dirinya. Shalat mendorong manusia beriman untuk memuji Tuhannya." Tak diragukan lagi, dampak-dampak shalat akan dirasakan bagi manusia yang beribadah dan berdoa kepada Allah Swt.
 
Saat matahari tergelincir di tengah hari, saat itulah waktu shalat Zuhur. Di saat berbagai suara terdengar di siang hari dari hiruk pikuk para penjual di pasar yang menawarkan barang dagangan hingga suara anak-anak. Kebisingan itu meliputi suasana di siang hari, tapi saat itu, Nabi Daud as tengah bersiap-siap mengerjakan shalat dan berkomunikasi kepada Allah Swt. Saat mengerjakan shalat, Nabi Daud memulainya dengan kalimat memohon dan merendah di hadapan Allah. Setelah itu, Nabi Daud tenggelam dalam kekhusyukan yang luar biasa hingga tak mendengar sesuatu apapun. Saat beribadah, Nabi Daud seakan merasa sendirian di alam semesta ini yang di hadapannya hanya Allah Swt.
 
Setelah mengerjakan shalat di tengah kekhusyukan yang luar biasa, terlintas dalam benak Nabi Daud as; Bagaimana ia mengetahui bahwa shalatnya diterima oleh Allah Swt? Beliaupun mengambil keputusan untuk berdoa dengan memohon kepada Allah Swt dan meminta kepada-Nya supaya memperjelas hakikat tersebut. Nabi menghadap Allah Swt dan berkata, "Ya Allah, shalat siapakah yang diterima oleh-Mu dan siapakah yang Engkau berikan tempat di sisi-Mu? Allah Swt yang mencintai utusan-Nya, Nabi Daud as, berfirman, "Saya akan memberikan tempat kepada orang yang berada di rumah-Ku. Aku menerima shalatnya saat ia merendah di hadapan-Ku dan menjadi penolong-Ku. Aku mempersembahkan cahaya kepada seseorang bak matahari yang menyinari langit."
 
Nabi Daud sangat bergembira menyaksikan para hamba yang merendah di hadapan Allah Swt. Nabi Daud juga berupaya semaksimal mungkin merendah diri di hadapan Zat Yang Maha Agung. Nabi Daud sa selalu menyampaikan pesan dari langit kepada umat manusia supaya memohon kepada Allah Swt dalam kondisi rendah diri dan menghadap-Nya dengan ikhlas dan cinta.

0 komentar:

Posting Komentar