Shalat
adalah sebuah kota dengan seluas laut yang selalu diliputi dengan
kesegaran air dan angin musim semi di tengah kerinduan kepada Allah Swt.
Kondisi kota shalat selalu dipenuhi dengan zikir kepada Allah Swt dan
diliputi angin segar malakuti yang selalu menyegarkan spirit manusia.
Di awal kota shalat terdapat mata air yang suci dan bening. Melalui
berwudhu, kita menyucikan hati dan spirit di kandung badan. Saat
membasuh wajah, cahaya langit menyinari wajah kita dan merontokkan
segala kotoran bak daun-daun yang berjatuhan di musim semi. Membasuh
tangan dan wajah yang kemudian dilanjutkan dengan mengusap kepala dan
kaki, semuanya itu mengandung hikmah yang terselubung. Sebab, kita harus
berada dalam kondisi bersih dan suci secara lahir dan batin saat
bertemu dengan kekasih sejati.
Karena shalat adalah pondasi agama Islam dan kunci dalam perubahan
manusia, ibadah ini pun menjadi pusat kajian sekelompok ilmuwan. Para
cendikiawan muslim selalu mengkaji berbagai aspek shalat, khususnya
hakekat dan spirit ibadah ini. Mereka menilai shalat sebagai faktor
pengubah manusia. Lebih dari itu, mereka menyebutnya sebagai bentuk
perjalanan spiritual yang terideal.
Terkait hal ini, Pemimpin Tertinggi Revolusi Islam Iran, Ayatollah
Al-Udzma Sayid Ali Khamenei, mengatakan, "Sesungguhnya shalat adalah
bagian ibadah terideal. Shalat menumbuhkan syarat-syarat yang diperlukan
dalam spirit manusia untuk melakukan pengorbanan, tawakal dan ibadah
yang semuanya itu adalah penopang hal-hal pelik seperti jihad, perintah
dan larangan (amar makruf wa nahi munkar), serta zakat. Shalat juga
mendorong manusia sebagai pemberani di front. Lebih dari itu, ibadah ini
melepaskan manusia dari belenggu-belenggu kezaliman dan mengarahkan
kekuatan ego ke arah hakekat dan kebaikan. Karena selalu menghadapi
berbagai uji coba, manusia selalu membutuhkan shalat."
Sejumlah cendekiawan Barat menilai shalat sebagai eksperimen agama.
Mereka lebih cenderung menganggap shalat yang selalu memberikan
ketenteraman bagi manusia, sebagai dampak spiritual shalat dan perannya
dalam menenangkan diri manusia. Dampak shalat dan ibadah merupakan hal
yang tak dapat dipungkiri bagi mereka.
Psikolog AS, Link Henry, mengatakan, "Setelah melakukan riset panjang
di bidang kejiwaan, saya menyimpulkan bahwa manusia yang berhubungan
dengan agama dan tidak lepas dari ibadah, lebih mempunyai kepribadian
tangguh yang sama sekali tidak akan diraih oleh seorang yang tidak
beragama."
Terkait hal ini,
seorang cendekiawan Eropa lainnya mengatakan, "Saya seringkali melihat
tempat peribadatan dan gereja yang mencerminkan kesenjangan. Saya
berpikir hal itu juga terjadi di masjid-masjid muslim. Akan tetapi
ketika melihat shalat Iedul Fitri dari dekat di London, saya melihat
bentuk persamaan terindah di kalangan mereka. Di sana sama sekali tidak
ada kesenjangan. Orang-orang besar duduk berdampingan dengan masyarakat
biasa dalam barisan shalat tersebut. Semua orang yang hadir dalam shalat
tersebut, mempunyai kedudukan yang sama di hadapan Allah Swt, bahkan
mereka nampak ceria dan saling mengasihi satu sama lain. Saat imam
jamaaah shalat menekankan bahwa shalat merupakan faktor terpenting bagi
persamaan, saya tidak menyangsikan lagi bahwa agama Islam benar-benar
layak memimpin dunia."
Carnegie
Dale, psikolog AS, ketika menyampaikan metode terapi diri, mengajak
setiap orang supaya menaruh perhatian terhadap kekuatan luar biasa yang
terkandung di balik shalat dan ibadah. Dikatakannya, "Mengapa kita tidak
mengkoordinasi dan memperbarui kekuatan yang dimiliki jiwa dan tubuh
ini dengan ibadah dan doa? Para psikolog menyimpulkan bahwa doa dan
keimanan pada agama menyingkirkan kekhawatiran dan ketakutan yang
membuat gelisah dalam kehidupan ini."
Marshall Bowaza, pakar Islam asal Swiss, menyebut shalat sebagai
pelepas kegelisahan kehidupan materi di dunia. Dikatakannya, "Shalat
adalah pengingat keesaan dan kebesaran Tuhan dan sarana yang dapat
meluapkan kerinduan kepada Tuhan. Kerinduan itu membuat manusia tidak
terlena dalam rutinitas kehidupan manusia."
Dalam kajian sebelumnya disinggung bahwa shalat berfungsi melembutkan
spirit dan psikologi manusia. Selain itu, shalat disebut-sebut sebagai
kekuatan terbesar dalam melawan berbagai kendala dalam kehidupan ini dan
menenangkan jiwa manusia.
William
James, seorang psikolog asal AS berkeyakinan, "Jika diperlukan kekuatan
untuk menanggung berbagai peristiwa yang tak dikehendaki, doa dan
shalat lah yang menjamin kekuatan ini." Menurut Roger Garaudy, seoorang
cendekiawan dan filosof asal Perancis, shalat adalah sarana penting
untuk mengenal diri dan Tuhan. Dikatakannya, "Dalam shalat, manusia
kembali pada diri sendiri dan menyaksikan eksistensi pada dirinya.
Shalat mendorong manusia beriman untuk memuji Tuhannya." Tak diragukan
lagi, dampak-dampak shalat akan dirasakan bagi manusia yang beribadah
dan berdoa kepada Allah Swt.
Saat
matahari tergelincir di tengah hari, saat itulah waktu shalat Zuhur. Di
saat berbagai suara terdengar di siang hari dari hiruk pikuk para
penjual di pasar yang menawarkan barang dagangan hingga suara anak-anak.
Kebisingan itu meliputi suasana di siang hari, tapi saat itu, Nabi Daud
as tengah bersiap-siap mengerjakan shalat dan berkomunikasi kepada
Allah Swt. Saat mengerjakan shalat, Nabi Daud memulainya dengan kalimat
memohon dan merendah di hadapan Allah. Setelah itu, Nabi Daud tenggelam
dalam kekhusyukan yang luar biasa hingga tak mendengar sesuatu apapun.
Saat beribadah, Nabi Daud seakan merasa sendirian di alam semesta ini
yang di hadapannya hanya Allah Swt.
Setelah mengerjakan shalat di tengah kekhusyukan yang luar biasa,
terlintas dalam benak Nabi Daud as; Bagaimana ia mengetahui bahwa
shalatnya diterima oleh Allah Swt? Beliaupun mengambil keputusan untuk
berdoa dengan memohon kepada Allah Swt dan meminta kepada-Nya supaya
memperjelas hakikat tersebut. Nabi menghadap Allah Swt dan berkata, "Ya
Allah, shalat siapakah yang diterima oleh-Mu dan siapakah yang Engkau
berikan tempat di sisi-Mu? Allah Swt yang mencintai utusan-Nya, Nabi
Daud as, berfirman, "Saya akan memberikan tempat kepada orang yang
berada di rumah-Ku. Aku menerima shalatnya saat ia merendah di
hadapan-Ku dan menjadi penolong-Ku. Aku mempersembahkan cahaya kepada
seseorang bak matahari yang menyinari langit."
Nabi Daud sangat bergembira menyaksikan para hamba yang merendah di
hadapan Allah Swt. Nabi Daud juga berupaya semaksimal mungkin merendah
diri di hadapan Zat Yang Maha Agung. Nabi Daud sa selalu menyampaikan
pesan dari langit kepada umat manusia supaya memohon kepada Allah Swt
dalam kondisi rendah diri dan menghadap-Nya dengan ikhlas dan cinta.
0 komentar:
Posting Komentar