Karbala,
sebuah kawasan di Irak. Mungkin dapat dikatakan bahwa dalam sejarah
Islam tidak ada sebuah revolusi yang dari segi geografis dan masa
berlakunya, lebih kecil dan lebih singkat daripada revolusi Karbala.
Dalam tragedi ini, seluruh pengikut Imam Husein as yang berjumlah 72
orang, behadapan dengan bala tentara Yazid berjumlah 30.000 dengan
persenjataan lengkap. Meski demikian, peristiwa ini termasuk yang
terbesar, paling menakjubkan dan berpengaruh paling luas dalam sejarah
Islam. Imam Husein as dan keluarga dekat serta pengikut yang
menyertainya dalam peristiwa ini, telah mementaskan seluruh keindahan,
keagungan dan kemuliaan hidup manusia.
Di masa kini, tragedi Asyura sudah bukan lagi sekedar sebuah peristiwa bersejarah. Ia adalah sebuah pusat idiologi, sistim politik, sebuah album kebudayaan dan nilai-nilai keagungan. Kebangkitan menuntut hak ini, menyeruak dari perasaan, ketajaman pandangan, pilihan kebebasan, yang bersumber dari pandangan luas pemimpinnya, yaitu Imam Husein as. Untuk itulah, semangat Huseini ini, bagaikan obor penerang, tampil sebagai teladan bagi kebangkitan-kebangkitan penuntut kemerdekaan di dunia. Rasul Allah Saw bersabda, "Syahadah Imam Husein as akan selalu mengobarkan semangat di dalam dada kaum beriman yang tidak akan pernah padam."
Syarat utama untuk menelusuri jalan kebenaran ialah keterbebasan dari hawa nafsu, dan kemerdekaan diri dari segala macam ikatan duniawi. Siapa pun yang masih terikat dengan tali-tali keterikatan, baik yang tampak maupun yang tidak tampak, dan membatasi kehidupannya dengan penjara-penjara hawa nafsu, tidak akan pernah berhasil mencapai tujuan-tujuan mulia. Ketika seseorang hendak mengambil keputusan-keputusan besar, maka segala macam ikatan hawa nafsu itu, bagaikan rantai yang mengikat kaki, akan mencegahnya untuk melangkah. Demikianlah, kekayaan, pangkat, kesenangan dan kenikmatan duniawi, jika telah menguasai seseorang, akan mencegahnya mencapai tujuan-tujuan mulia.
Imam Husein as, pengibar bendera cinta dan kasih sayang, iman dan pengorbanan, adalah pewaris yang sesungguhnya ayah dan kakek beliau. Beliau merasa tidak mungkin berdiam diri menyaksikan ajaran-ajaran agama menjadi bahan permainan di tangan para penguasa tak layak. Dalam rangka membela agama dan kemerdekaan, sejak awal langkahnya menuju Karbala, Imam Husein as telah mendorong para pengikutnya untuk membersihkan diri dari segala macam kotoran jiwa. Beliau telah menjelaskan tujuan gerakan beliau, sekaligus akhir dari perjalanan ini, yaitu gugur di atas jalan Allah. Kemudian, pada hari kesepuluh bulan Muharram, atau Asyura, dengan pengorbanannya yang sedemikian tinggi itu, beliau as telah mengukir sejarah dengan tinta emasnya, tentang ketinggian harkat dan martabat manusia, seraya melecehkan segala macam daya tarik materi dan duniawi.
Dalam catatan emas sejarah Asyura, kebaikan dan kebenaran telah dipisahkan dari keburukan dan kesesatan. Catatan ini menunjukkan kepada manusia, bagaimana seharusnya mencintai Tuhan. Bagaimana seseorang pencinta, harus membela nilai-nilai kesucian, dan bagaimana seseorang, dalam puncak ketersendirian dan keterasingannya, memerankan semangat pengorbanan abadi. Setelah Yazid naik sebagai penguasa berkat kecurangan ayahnya, Muawiyah, datang permintaan dari pihak Yazid, agar Imam Husein as berbaiat, menyatakan kesetiaan kepada penguasa lalim ini. Jika tidak maka beliau akan dibunuh.
Imam Husein as yang merupakan manusia suci, terdidik di rumah yang merupakan sumber kesucian dan kemuliaan, sudah barang tentu, tidak mungkin berbaiat kepada penguasa sesat seperti Yazid. Untuk itu dengan tegas beliau mengatakan, "Tidak. Demi Allah, aku tidak akan menjulurkan tangan kehinaan kepada manusia-manusia rendah ini, dan tidak akan pernah menyerah, bagaikan budak, di depan mereka." Dengan sikap tegasnya ini, Imam Husein as mengajarkan kepada kita bahwa ketika suatu kekuatan berkuasa lalu berusaha menghancurkan nilai-nilai kemuliaan dan menebarkan nilai-nilai rendah dan sesat di tengah masyarakat, maka saat itulah kewajiban kita untuk bangkit menentang kekuatan tersebut, betapa pun akibat yang harus ditanggung. Dalam pandangan Imam Husein as, munculnya kekuasaan lalim dan sesat saat itu, akan membahayakan kelanggengan ajaran-ajaran agama.
Jelasnya, jika Imam Husein as, yang bagaimanapun juga dikenal di sebagian besar dunia Islam saat itu, sebagai simbol kebenaran, berbaiat dan menerima pemerintahan Yazid, maka akan terbukalah pintu lebar-lebar bagi para penguasa sesat ini untuk menghancurkan Islam dari dalam. Sebagaimana hal itu telah dilakukan sedikit banyak oleh para penguasa sebelumnya. Dalam rangka membendung kekuatan jahat inilah, maka Imam Husein as bangkit, menciptakan benteng yang kokoh kuat, mempertahankan kesucian agama Islam ini. Untuk itulah dikenal kalimat yang mengatakan: "Islam itu berasal dari Muhammad Saw, akan tetapi kekal berkat perjuangan Imam Husein as".
Hari Asyura adalah hari menyatunya manusia kepada nilai-nilai mulia, dimana Imam Husein as telah mengorbankan diri di atas jalan ini. Adapun manusia-manusia yang berhadapan dengan beliau, tak lain adalah manusia-manusia pencari jalan sesat yang menjadikan dunia lebih utama daripada agama Allah. Orang-orang yang menurut Imam, adalah hamba-hamba dunia, yang menjadikan ajaran agama hanya sebagai permainan lidah mereka. Tanggal 10 Asyura, ketika jiwa Imam Husein as yang sedemikian halus sangat tertekan oleh kematian keluarga dan para pengikut setianya, beliau masih tetap berusaha memberikan peringatan kepada para pembencinya, dan menyelamatkan mereka dari kesesatan.
Demikian pula, para pembela Imam Husein as orang-orang mulia yang telah dengan nyata mengejawantahkan firman Allah Swt, bahwa para pengikut Nabi adalah orang-orang yang keras terhadap kuffar dan saling menyayangi diantara mereka. Di Karbala, hati para pembela Imam Husein as penuh dengan kecintaan dan kerinduan kepada Allah swt. Untuk itulah mereka tidak pernah menunjukkan ketakutan dan kelemahan hati, menghadapi maut yang sudah pasti di depan mata mereka. Marbien, seorang filsuf Jerman, setelah melakukan penelitian tentang peristiwa Karbala, mengakui keagungan Imam Husein as dan mengatakan, "Dalam sejarah, tidak seorang pun yang mengorbankan jiwanya, dengan pengetahuan dan penuh kesadaran, demi keutuhan ajaran agama di masa depan, kecuali Husein."
Al-Ubeidi, Mufti Ahlussunnah kota Mosul Irak, juga mengatakan, "Tragedi Karbala dalam sejarah kemanusiaan, merupakan peristiwa langka. Demikian pula para penyebabnya. Husein bin Ali, berdasarkan firman Allah dalam al-Quran, memandang sunnah membela hak yang teraniaya dan kemaslahatan umum sebagai kewajibannya. Dan beliau telah melaksanakan kewajiban ini sengan sebaik mungkin. Beliau telah mengorbankan hidup beliau di medan juang Karbala. Untuk itulah, di sisi Allah, beliau telah dinyatakan sebagai pemimpin para syuhada, dan teladan para pembela kebenaran di sepanjang sejarah. Beliau telah mencapai sesuatu yang beliau perjuangkan, bahkan lebih jauh lagi."
Sayid Qutub, ketika menjawab pertanyaan, apakah kebangkitan Imam Husein berakhri dengan kemenangan ataukah kegagalan? mengatakan, "Jika dilihat dengan pandangan sempit, maka kebangkitan beliau itu akan dinilai gagal. Akan tetapi di dunia riil dan dalam skup yang lebih luas, kebangkitan beliau ini penuh dengan kemenangan. Tidak ada seorang syahid pun di seluruh penjuru dunia yang menyamai Husein, yang sedemikian berpengaruh pada setiap hati dan mendorong kepahlawanan dan pengorbanan generasi-generasi berikutnya. Husein telah mengabadikan idilogi dan dakwahnya dengan syahadah beliau. Tidak ada khutbah dan pidato yang mampu menarik hati dan mendorong jutaan manusia untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan besar, kecuali khutbah dan pidato Husein yang beliau tandatangani dengan darah beliau, dan untuk selamanya akan menggerakkan dan mendorong perubahan masyarakat dalam pejalanan panjang sejarahnya."
Imam Husein telah gugur. Akan tetapi berkat semburan darah-darah suci di Karbala ini, mentari Islam tetap bersinar dengan terangnya. Salam atas Husein, cucu rasul. Salam atas Husein putra Ali dan Fatimah. Salam atas Husein, penghulu pemuda ahli surga. Salam atas Husein, dan atas putra-putra Husein, dan sahabat-sahabat Husein.
Di masa kini, tragedi Asyura sudah bukan lagi sekedar sebuah peristiwa bersejarah. Ia adalah sebuah pusat idiologi, sistim politik, sebuah album kebudayaan dan nilai-nilai keagungan. Kebangkitan menuntut hak ini, menyeruak dari perasaan, ketajaman pandangan, pilihan kebebasan, yang bersumber dari pandangan luas pemimpinnya, yaitu Imam Husein as. Untuk itulah, semangat Huseini ini, bagaikan obor penerang, tampil sebagai teladan bagi kebangkitan-kebangkitan penuntut kemerdekaan di dunia. Rasul Allah Saw bersabda, "Syahadah Imam Husein as akan selalu mengobarkan semangat di dalam dada kaum beriman yang tidak akan pernah padam."
Syarat utama untuk menelusuri jalan kebenaran ialah keterbebasan dari hawa nafsu, dan kemerdekaan diri dari segala macam ikatan duniawi. Siapa pun yang masih terikat dengan tali-tali keterikatan, baik yang tampak maupun yang tidak tampak, dan membatasi kehidupannya dengan penjara-penjara hawa nafsu, tidak akan pernah berhasil mencapai tujuan-tujuan mulia. Ketika seseorang hendak mengambil keputusan-keputusan besar, maka segala macam ikatan hawa nafsu itu, bagaikan rantai yang mengikat kaki, akan mencegahnya untuk melangkah. Demikianlah, kekayaan, pangkat, kesenangan dan kenikmatan duniawi, jika telah menguasai seseorang, akan mencegahnya mencapai tujuan-tujuan mulia.
Imam Husein as, pengibar bendera cinta dan kasih sayang, iman dan pengorbanan, adalah pewaris yang sesungguhnya ayah dan kakek beliau. Beliau merasa tidak mungkin berdiam diri menyaksikan ajaran-ajaran agama menjadi bahan permainan di tangan para penguasa tak layak. Dalam rangka membela agama dan kemerdekaan, sejak awal langkahnya menuju Karbala, Imam Husein as telah mendorong para pengikutnya untuk membersihkan diri dari segala macam kotoran jiwa. Beliau telah menjelaskan tujuan gerakan beliau, sekaligus akhir dari perjalanan ini, yaitu gugur di atas jalan Allah. Kemudian, pada hari kesepuluh bulan Muharram, atau Asyura, dengan pengorbanannya yang sedemikian tinggi itu, beliau as telah mengukir sejarah dengan tinta emasnya, tentang ketinggian harkat dan martabat manusia, seraya melecehkan segala macam daya tarik materi dan duniawi.
Dalam catatan emas sejarah Asyura, kebaikan dan kebenaran telah dipisahkan dari keburukan dan kesesatan. Catatan ini menunjukkan kepada manusia, bagaimana seharusnya mencintai Tuhan. Bagaimana seseorang pencinta, harus membela nilai-nilai kesucian, dan bagaimana seseorang, dalam puncak ketersendirian dan keterasingannya, memerankan semangat pengorbanan abadi. Setelah Yazid naik sebagai penguasa berkat kecurangan ayahnya, Muawiyah, datang permintaan dari pihak Yazid, agar Imam Husein as berbaiat, menyatakan kesetiaan kepada penguasa lalim ini. Jika tidak maka beliau akan dibunuh.
Imam Husein as yang merupakan manusia suci, terdidik di rumah yang merupakan sumber kesucian dan kemuliaan, sudah barang tentu, tidak mungkin berbaiat kepada penguasa sesat seperti Yazid. Untuk itu dengan tegas beliau mengatakan, "Tidak. Demi Allah, aku tidak akan menjulurkan tangan kehinaan kepada manusia-manusia rendah ini, dan tidak akan pernah menyerah, bagaikan budak, di depan mereka." Dengan sikap tegasnya ini, Imam Husein as mengajarkan kepada kita bahwa ketika suatu kekuatan berkuasa lalu berusaha menghancurkan nilai-nilai kemuliaan dan menebarkan nilai-nilai rendah dan sesat di tengah masyarakat, maka saat itulah kewajiban kita untuk bangkit menentang kekuatan tersebut, betapa pun akibat yang harus ditanggung. Dalam pandangan Imam Husein as, munculnya kekuasaan lalim dan sesat saat itu, akan membahayakan kelanggengan ajaran-ajaran agama.
Jelasnya, jika Imam Husein as, yang bagaimanapun juga dikenal di sebagian besar dunia Islam saat itu, sebagai simbol kebenaran, berbaiat dan menerima pemerintahan Yazid, maka akan terbukalah pintu lebar-lebar bagi para penguasa sesat ini untuk menghancurkan Islam dari dalam. Sebagaimana hal itu telah dilakukan sedikit banyak oleh para penguasa sebelumnya. Dalam rangka membendung kekuatan jahat inilah, maka Imam Husein as bangkit, menciptakan benteng yang kokoh kuat, mempertahankan kesucian agama Islam ini. Untuk itulah dikenal kalimat yang mengatakan: "Islam itu berasal dari Muhammad Saw, akan tetapi kekal berkat perjuangan Imam Husein as".
Hari Asyura adalah hari menyatunya manusia kepada nilai-nilai mulia, dimana Imam Husein as telah mengorbankan diri di atas jalan ini. Adapun manusia-manusia yang berhadapan dengan beliau, tak lain adalah manusia-manusia pencari jalan sesat yang menjadikan dunia lebih utama daripada agama Allah. Orang-orang yang menurut Imam, adalah hamba-hamba dunia, yang menjadikan ajaran agama hanya sebagai permainan lidah mereka. Tanggal 10 Asyura, ketika jiwa Imam Husein as yang sedemikian halus sangat tertekan oleh kematian keluarga dan para pengikut setianya, beliau masih tetap berusaha memberikan peringatan kepada para pembencinya, dan menyelamatkan mereka dari kesesatan.
Demikian pula, para pembela Imam Husein as orang-orang mulia yang telah dengan nyata mengejawantahkan firman Allah Swt, bahwa para pengikut Nabi adalah orang-orang yang keras terhadap kuffar dan saling menyayangi diantara mereka. Di Karbala, hati para pembela Imam Husein as penuh dengan kecintaan dan kerinduan kepada Allah swt. Untuk itulah mereka tidak pernah menunjukkan ketakutan dan kelemahan hati, menghadapi maut yang sudah pasti di depan mata mereka. Marbien, seorang filsuf Jerman, setelah melakukan penelitian tentang peristiwa Karbala, mengakui keagungan Imam Husein as dan mengatakan, "Dalam sejarah, tidak seorang pun yang mengorbankan jiwanya, dengan pengetahuan dan penuh kesadaran, demi keutuhan ajaran agama di masa depan, kecuali Husein."
Al-Ubeidi, Mufti Ahlussunnah kota Mosul Irak, juga mengatakan, "Tragedi Karbala dalam sejarah kemanusiaan, merupakan peristiwa langka. Demikian pula para penyebabnya. Husein bin Ali, berdasarkan firman Allah dalam al-Quran, memandang sunnah membela hak yang teraniaya dan kemaslahatan umum sebagai kewajibannya. Dan beliau telah melaksanakan kewajiban ini sengan sebaik mungkin. Beliau telah mengorbankan hidup beliau di medan juang Karbala. Untuk itulah, di sisi Allah, beliau telah dinyatakan sebagai pemimpin para syuhada, dan teladan para pembela kebenaran di sepanjang sejarah. Beliau telah mencapai sesuatu yang beliau perjuangkan, bahkan lebih jauh lagi."
Sayid Qutub, ketika menjawab pertanyaan, apakah kebangkitan Imam Husein berakhri dengan kemenangan ataukah kegagalan? mengatakan, "Jika dilihat dengan pandangan sempit, maka kebangkitan beliau itu akan dinilai gagal. Akan tetapi di dunia riil dan dalam skup yang lebih luas, kebangkitan beliau ini penuh dengan kemenangan. Tidak ada seorang syahid pun di seluruh penjuru dunia yang menyamai Husein, yang sedemikian berpengaruh pada setiap hati dan mendorong kepahlawanan dan pengorbanan generasi-generasi berikutnya. Husein telah mengabadikan idilogi dan dakwahnya dengan syahadah beliau. Tidak ada khutbah dan pidato yang mampu menarik hati dan mendorong jutaan manusia untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan besar, kecuali khutbah dan pidato Husein yang beliau tandatangani dengan darah beliau, dan untuk selamanya akan menggerakkan dan mendorong perubahan masyarakat dalam pejalanan panjang sejarahnya."
Imam Husein telah gugur. Akan tetapi berkat semburan darah-darah suci di Karbala ini, mentari Islam tetap bersinar dengan terangnya. Salam atas Husein, cucu rasul. Salam atas Husein putra Ali dan Fatimah. Salam atas Husein, penghulu pemuda ahli surga. Salam atas Husein, dan atas putra-putra Husein, dan sahabat-sahabat Husein.
0 komentar:
Posting Komentar