This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Sabtu, 05 Mei 2012

Mahmoud Ahmadinejad, Presiden Yang Sangat Merakyat dan Sederhana

Mengan Sosok Mahmoud Ahmadinejad membuat saya sangat terharu bagaimana mana tidak? Presiden adalah sosok yang sangat disegani dan menempati posisi paling atas dalam ruang lingkup pemerintah. sementara melihat pemimpin bangsa di negara lain hidup dengan bergelimangan dengan harta. Namun Mahmoud Ahmadinejad. meski ia seorang prsident atau pemimpin bangsa tetap hidup dalam kesedrhanaan dan sangat merakyat. Siapakah pemimpin yang berani seperti ini? Ternyata meki hidup sederhana Ahmadinejad tetap disegani oleh rakyatnya, bahkan sebagian bsar masyarakat dunia.

Ketika di wawancara oleh TV Fox (AS) soal kehidupan pribadinya:
“Saat anda melihat di cermin setiap pagi, apa yang anda katakan pada diri anda?”

Jawabnya: “Saya melihat orang di cermin itu dan mengatakan padanya: “Ingat, kau tak lebih dari seorang pelayan, hari di depanmu penuh dengan tanggung jawab yang berat, yaitu melayani bangsa Iran .”
Berikut adalah fakta tentang Mahmoud Ahmadinejad, yang membuat orang ternganga dan terheran-heran :
1. Saat pertama kali menduduki kantor kepresidenan Ia menyumbangkan seluruh karpet Persia di Istana Iran yang sangat tinggi nilainya itu kepada masjid2 di Teheran dan menggantikannya dengan karpet biasa yang mudah dibersihkan.
2. Ia mengamati bahwa ada ruangan yang sangat besar untuk menerima dan menghormati tamu VIP, lalu ia memerintahkan untuk menutup ruang tersebut dan menanyakan pada protokoler untuk menggantinya dengan ruangan biasa dengan 2 kursi kayu, meski sederhana tetap terlihat impresive.
Ruang Tamu Mahmoud Ahmadinejad
Kursi tamu Ahmadinejad; jauh lebih mewah dibanding sofa di kantor kelurahan kita
Presiden Paling Miskin di Dunia
Jamuan makan bersama presiden Bolivia
3. Di banyak kesempatan ia bercengkerama dengan petugas kebersihan di sekitar rumah dan kantor kepresidenannya.
4. Di bawah kepemimpinannya, saat ia meminta menteri2 nya untuk datang kepadanya dan menteri2 tsb akan menerima sebuah dokumen yang ditandatangani yang berisikan arahan2 darinya, arahan tersebut terutama sekali menekankan para menteri2nya untuk tetap hidup sederhana dan disebutkan bahwa rekening pribadi maupun kerabat dekatnya akan diawasi, sehingga pada saat menteri2 tsb berakhir masa jabatannya dapat meninggalkan kantornya dengan kepala tegak.
5.. Langkah pertamanya adalah ia mengumumkan kekayaan dan propertinya yang terdiri dari mobil –Jangan pikir mobil Presiden Iran ini sebuah Roll Royce Phantom atau Bentley, melainkan sebuah mobil tua yang  jelek milik pribadi– Peugeot 504 tahun 1977, sebuah rumah sederhana warisan ayahnya 40 tahun yang lalu di sebuah daerah kumuh di Teheran. Rekening banknya bersaldo minimum, dan satu – satunya uang masuk adalah uang gaji bulanannya.
Rumah Kediaman mahmoud ahmadinejad
Kediaman mahmoud ahmadinejad dengan mobil tuanya, di kawasan kumuh Teheran
Belakangan diketahui beliau melelang dan  merelakan mobil kesayangannya untuk dijual pada yang berminat membeli dan dananya akan digunakan untuk anggaran membangun rumah 60.000 bagi rakyatnya yang miskin. Selama ini Ahmadinejad dikenal sebagai pemimpin yang sangat sederhana, dan mobil itupun adalah satu-satunya mobil pribadi miliknya yang didapat dari hasil mengajar menjadi dosen di sebuah Universitas.
Klo dibandingkan dengan mobil dinas camat kita? Huiiiii…. kalah mewah!
Mobil-Dinas-Camat
Mobil Dinas Camat
Apalagi kalau dibandingkan dengan mobil dinas ini:
Mobil Dinas Camat
Mobil Dinas Siapa ini ya...? Mewah brooo....
6. Gajinya sebagai dosen di sebuah universitas hanya senilai US$ 250.
7. Sebagai tambahan informasi, Presiden masih tinggal di rumahnya. Hanya itulah yang dimiliki seorang presiden dari negara yang penting baik secara strategis, ekonomis, politis, belum lagi secara minyak dan pertahanan. Bahkan ia tidak mengambil gajinya, alasannya adalah bahwa semua kesejahteraan adalah milik negara dan ia bertugas untuk menjaganya.
8. Satu hal yang membuat kagum staf kepresidenan adalah masalah makanan, dia tidak mau disibukkan dengan pelayan masak seperti umunya para presiden lainnya. Dia hanya membawa beberapa roti sandwich dengan minyak zaitun dan keju buatan istrinya.
Presiden Paling Miskin di Dunia
Makan dalam kesederhanaan
Sikap beliau ini membawa ingatan kita pada Khalifah Umar bin cattab R.A sahabat nabi ketika menjadi pemimpin beliau sangat menjaga perut dari makanan yang tidak halal, bahkan untuk keperluan lampu penerangan saja beiau tidak mau memakai fasilitas yang diberikan oleh negara. Lampu rumahnya dihidupkan dikala Beliau sedang menjamu tamu dari negara lain. Ketika putranya hendak masuk ruang kerjanya, beliau bertanya “untuk keperluan apa datang?”. Klo ternyata kedatangannya untuk urusan2 di luar urusan negara maka lampu ruangan dimatikan dan mereka berbicara dalam gelap.
9. Hal lain yang ia ubah adalah kebijakan Pesawat Terbang Kepresidenan, ia mengubahnya menjadi pesawat kargo sehingga dapat menghemat pajak masyarakat dan untuk dirinya, ia meminta terbang dengan pesawat terbang biasa dengan kelas ekonomi.
10. Ia kerap mengadakan rapat dengan menteri – mentrinya untuk mendapatkan info tentang kegiatan dan efisiensi yang sdh dilakukan, dan ia memotong protokoler istana sehingga menteri -mentrinya dapat masuk langsung ke ruangannya tanpa ada hambatan. Ia juga menghentikan kebiasaan upacara – upacara seperti karpet merah, sesi foto, atau publikasi pribadi, atau hal2 spt itu saat mengunjungi berbagai tempat di negaranya.
Mahmoud ahmadinejad presiden iran yang sederhana itu
beliau kelihatan begitu ramah dan mesra dengan semua petugas pejabat termasuk pekerja kebersihan pejabat
11. Saat harus menginap di hotel, ia meminta diberikan kamar tanpa tempat tidur yg tidak terlalu besar karena ia tidak suka tidur di atas kasur, tetapi lebih suka tidur di lantai beralaskan karpet dan selimut.
Presiden Paling Miskin di Dunia
Tidur di lantai; sederhana dan apa adanya
Apakah perilaku tersebut merendahkan posisi seorang presiden?
Presiden Iran tidur di ruang tamu rumahnya sesudah lepas dari pengawal2nya yg selalu mengikuti kemanapun ia pergi. Menurut koran Wifaq, foto2 yg diambil oleh adiknya tersebut, kemudian dipublikasikan oleh media masa di seluruh dunia, termasuk amerika.
12. Sepanjang sholat, anda dapat melihat bahwa ia tidak duduk di baris paling muka.
Presiden Paling Miskin di Dunia
Ketika sholat beliau tidak minta disediakan tempat di shaf terdepan
13. Bahkan ketika suara azan berkumandang, ia langsung mengerjakan sholat dimanapun ia berada meskipun hanya beralaskan karpet biasa
Presiden Paling Miskin di Dunia
Ketika terdengar panggilan-Nya, beliau sesegera mungkin melaksanakan sholat
14. Baru-baru ini dia baru saja mempunyai Hajatan Besar Yaitu Menikahkan Puteranya. Tapi pernikahan putra Presiden ini hanya layaknya pernikahan kaum Buruh. Berikut dokumentasi pernikahan Putra Seorang Presiden
Presiden Paling Miskin di Dunia
Lihat hidangan yang disajikan; apel, pisang...... Subhanallah!

15. Ia juga tidak mau bersalaman dengan wanita yang bukan muhrimnya, cukup menundukan kepala sebagai rasa hormat 

Iran president



16. Kesederhanaan Mahmoud Ahmadinejad bisa dilihat di foto berikut:
kesederhanaan mahmoud ahmadinejad
Kesederhanaan Mahmoud Ahmadinejad; Demi memenuhi kebutuhan rakyat sampai pakaian sendiri robek di ketiak. Subhanallah...
Adakah pemimpin di dunia yg SEDERHANA sprt AHMADINEJAD demi Mempertahankan dan Memenuhi Kebutuhan Rakyatnya beliau REla mengorbankan kepentingan pribadi hingga bajunya SOBEK di KETIAKnya ??? Subanallah… Jadi teringat kesederhanaan Khalifah Umar RA yang menjemur pakaiannya gak kunjung kering gara-gara terlalu banyak tambalan.

Salut banget ama Sir Mahmoud Ahmadinejad
Kapan kita punya presiden kayak gini >.< 

Senin, 30 April 2012

Do'a Kumayl

Doa kumayl termasuk doa yang sangat terkenal, dan ia merupakan doa yang memiliki kandungan dan pelajaran bagi pendidikan jiwa atau diri. Hanya saja kebanyakan orang membacanya hanya untuk mengharapkan pahala, bukan untuk mengetahui arti-artinya, walaupun mereka sebenarnya ingin mengetahuinya.

Dinamakan Do'a kumayl karena diriwayatkan oleh Kumayl Bin Ziyad yang mempelajarinya dari Imam Ali Bin Abi Thalib a.s, para ulama dikalangan Ahlulbayt telah meriwayatkan do'a ini turun temurun seperti :

1. Muhammad Bin Hasan At-Thusi ( 385 H - 460 H ) dalam kitabnya " Misbahul Muttahajjud "

2. Ali Bin Thowus ( 589 H - 664 H ) dalam kitabnya " Al-Ikbal "

3. Ibrahim Bin Ali Kafani dalam kitabnya Al-Misbakh dan Al-Baladul Amin yang selesai disusun tahun 868 H

Keutamaan Membaca Do'a kumayl

Diantara Fungsi membaca Do'a Kumayl adalah mempercepat terkabulnya do'a menolak bahaya musuh, membuka pintu rezeki dan mengampuni dosa.

Bentuk Do'a Kumayl dan pengaruhnya terhadap perbaikan diri

1. Tawasul kepada Allah dengan sifat-sifatnya yang baik, hal ini dapat memberikan kesadaran orang yang berdo'a
dari kelalaiannya karena itu dia mengetahui dengan siapa ia berbicara, yaitu bersama Allah yang mengetahui
segala sesuatu dan yang menundukan segala sesuatu

2. Menampakan penghambaan kepada Allah dan menjelaskan kelemahan, kepapaan orang yang berdo'a.

3. Pengakuan terhadap nikmat-nikmat Allah, dan pengakuan terhadap Dosa, kekurangan, dan permintaan ma'af,
aduan kepada Allah menjelaskan kebutuhan, kerasnya bencana, kerasnya bencana dan memutuskan hubungan
selain kepadaNYA.

4. Memaparkan cara-cara berjalan kepada Allah.

Diiriwayatkan dari Imam Shadiq berkata : " Allah membenci permintaan manusia kepada orang lain dengan cara memaksa dan dia mencintai hal ini untuk diriNYA.

Kumayl bin Ziyad Nakha’i adalah sahabat pilihan Imam Ali AS. Ketika Imam Ali AS memerintah, (35-40H), Kumayl dlantik menjadi wali kota Hait. Ia akhirnya menemui kesyahidannya pada tahun 83 hijrah dalam usia 90 tahun atas perintah penguasa zalim, Hajjaj bin Yusuf al-Tsaqafi. Kumayl dimakamkan di suatu tempat bernama Tsaubah, yang terletak di antara Najaf al-Asyraf dan Kufah, di Iraq.
Doa Kumayl ini telah diajarkan oleh Imam Ali AS kepada Kumayl RA. Menurut Sayyid Ibn Thawwus dalam kitab Iqbal,riwayat ini disampaikan oleh Kumayl:” Pada suatu hari, saya duduk di masjid Basrah bersama Maulana Amirul Mu’minin Ali AS membicarakan hal Nisfu Sya’ban. Ketika ditanya tentang ayat,” Fiha yufraqu kullu amrin hakim,” (Surah al-Dukhaan:4), Imam Ali AS mengatakan bahawa ayat ini mengenai Nisfu Sya’ban; orang yang beribadat di malam itu, tidak tidur, dan membaca Doa Hadrat Hidhr AS akan diterima doanya.”
“Ketika Imam Ali pulang ke rumahnya, di malam itu, saya menyusulinya. Melihat saya, Imam AS bertanya,” Apakah keperluan anda ke mari?” Jawab saya, ” Saya ke sini untuk mendapatkan Doa Hadrat Hidhr.” Imam mempersilakan saya duduk, seraya mengatakan,” Ya Kumayl, apabila anda menghafal doa ini dan membacanya setiap malam Juma’at,cukuplah itu untuk melepaskan anda dari kejahatan, ada akan ditolong Allah, diberi rezeki, dan doa ini akan dimakbulkan. Ya Kumayl, lamanya persahabatan serta perkhidmatan anda, menyebabkan anda dikurniai nikmat dan kemuliaan untuk belajar (doa ini).”

 


Download Doa Kumayl Teks Arab 4shared.com
 Download Doa Kumayl (Link 1)4shared.com
Download Doa Kumayl (Link 2)4shared.com

Arti Do’a Kumail
Do`a Kumail
Ya Allah,
Aku bermohon pada-Mu,
dengan rahmat-Mu Yang memenuhi segala sesuatu,
dengan kekuasaan-Mu yang dengannya Engkau taklukkan segala sesuatu,
dan karenanya merunduk segala sesuatu,
dengan kemuliaan-Mu yang mengalahkan segala sesuatu,
dengan kekuatan-Mu yang tak tertahankan oleh segala sesuatu, dengan kebesaran-Mu yang memenuhi segala sesuatu,
dengan kekuasaan-Mu yang mengatasi segala sesuatu,
dengan wajah-Mu yang kekal setelah punah segala sesuatu,
dengan asma-Mu yang memenuhi tonggak segala sesuatu,
dengan ilmu-Mu yang mencakup segala sesuatu,
dengan cahaya wajah-Mu yang menyinari segala sesuatu.
Wahai Nur,
Wahai Yang Mahasuci.
Wahai yang Awal dari segala yang awal.
Wahai Yang Akhir dari segala yang akhir.
Ya Allah,
ampunilah dosa-dosaku yang meruntuhkan penjagaan.
Ya, Allah,
ampunilah dosa-dosaku yang mendatangkan bencana.
Ya, Allah,
ampuni dosa-dosaku yang merusak karunia.
Ya Allah,
ampunilah dosa-dosaku yang menahan do`a.
Ya Allah,
ampunilah dosa-dosaku yang menurunkan bala`.
Ya Allah,
ampunilah dosa yang telah kulakukan
dan segala kesalahan yang telah kukerjakan.
Ya Allah,
aku datang menghampi-Mu dengan zikir-Mu,
aku memohon pertolongan -Mu dengan diri-Mu,
aku bermohon pada-Mu dengan kemurahan-Mu,
dekatkan daku keharibaan-Mu,
sempatkan daku untuk bersyukur pada-Mu,
bimbinglah daku untuk selalu mengingat-Mu.
Ya Allah,
aku bermohon pada-Mu dengan permohonan
hamba yang rendah, hina dan ketakutan, maafkan daku, sayangi daku,
dan jadikan daku ridha dan senang pada pemberian-Mu.
Ya Allah,
aku bermohon pada-Mu,
dengan permohonan orang yang berat keperluannya,
yang ketika kesulitan menyampaikan hajatnya pada-Mu,
yang besar kedambaannya untuk meraih apa yang ada disisi-Mu.
Ya Allah,
Maha besar kekuasaan-Mu, Maha tinggi kedudukan-Mu,
Selalu tersembunyi rencana-Mu,
Selalu tampak kuasa-Mu, selalu tegak kekuatan-Mu,
Selalu berlaku kodrat-Mu, takmungkin lari dari pemerintahan-Mu.
Ya Allah,
tidak kudapatkan pengampun bagi dosaku,
tiada penutup bagi kejelekanku,
tiada yang dapat menggantikan amalku yang jelek dengan kebaikan, melainkan Engkau.
Tiada Tuhan kecuali Engkau.
Maha suci Engkau dengan segala puji-Mu.
Telah aku aniaya diriku, telah berani aku melanggar,
karena kebodohanku, tetapi aku tetap tanteram,
karena bersandar pada sebutan-Mu dan karunia-Mu padaku.
Ya Allah, Pelindungku,
betapa banyak kejelekkan diriku telah Kau tutupi,
betapa banyak malapetaka telah Kau atasi,
betapa banyak rintangan telah Kau singkirkan,
betapa banyak bencana telah Kau tolakkan,
betapa banyak pujian baik yang tak layak bagiku telah Kau sebarkan.
Ya Allah,
besar sudah bencanaku,
berlebihan sudah kejelekan keadaanku,
rendah benar amal-amalku,
berat benar belenggu (kemalasanku).
Angan-angan panjang telah menahan manfaat dari diriku,
dunia dengan tipuannya telah memperdayaku,
dan diriku (telah terpedaya) karena ulahnya,
dan karena kelalaianku.
Wahai Junjunganku,
aku bermohon pada-Mu dengan seluruh kekuasan-Mu,
jangan Kau tutup do`aku, karena kejelekan amal dan perangaiku,
jangan Kau ungkapkan rahasiaku yang tersembunyi
yang telah Engkau ketahui,
Jangan Engkau segerakan siksa padaku karena perbuatan buruk
dan kejelekan yang kulakukan dalam kesendirianku,
karena kebiasaanku melanggar batas, dan kebodohanku,
karena banyaknya nafsuku dan kelalaianku.
Ya Allah,
dengan kemulian-Mu,
sayangi aku dalam segala keadaan, kasihi aku dalam segala perkara.
Ilahi Rabbi,
kepada siapa lagi selain Engkau,
aku memohon dihilangkan kesengsaraanku, dan diperhatikan urusanku.
Ilahi Pelindungku,
Engkau kenakan padaku hukum,
tetapi disitu aku ikuti hawa nafsuku;
aku tidak cukup waspada terhadap tipuan (setan) musuhku,
maka terkecohlah aku lantaran nafsuku,
dan berlakulah ketentuan-Mu atas diriku
ketika kulanggar sebagian batas yang Kau tetapkan bagiku,
dan kubantah sebagian perintah-Mu.
Namun bagi-Mu segala pujiku atas semuanya itu;
Tiada alasan bagiku (menolak) ketentuan yang Kau tetapkan bagiku,
demikian pula hukum dan ujian yang menimpaku.
Aku datang kini menghadap-Mu,
Ya Ilahi …….,
dengan segala kekuranganku,
dengan segala kedurhakaanku (pelanggaranku),
sambil menyampaikan pengakuan dan penyesalanku
dengan hati yang hancur luluh,
memohon ampun dan berserah diri,
dengan rendah hati mengakui segala kenistaanku.
Karena segala cacatku ini,
tiada aku dapatkan tempat melarikan diri,
tiada tempat berlindung untuk menyerahkan urusanku,
selain pada kehendak-Mu untuk menerima pengakuan kesalahanku
dan memasukkan aku pada kesucian kasih-Mu.
Ya Allah,
terimahlah pengakuanku, kasihanilah beratnya kepedihan,
lepaskan aku dari kekuatan belengguku.
Ya Rabbi,
kasihanilah kelemahan tubuhku,
kelembutan kulitku dan kerapuhan tulangku.
Wahai Tuhan yang mula-mula menciptakanku,
menyebutku, mendidikku, memperlakukanku dengan baik, dan memberiku kehidupan,
karena permulaan karunia-Mu, karena Engkau telah mendahuluiku dengan kebaikan,
berilah aku karunia-Mu.
Ya Allah,
Junjungan-ku, Pemelihara-ku,
Apakah Engkau akan menyikasaku dengan api-Mu,
setelah aku mengesakan-Mu,
setelah hatiku tenggelam dalam makrifat-Mu,
setelah lidahku bergetar menyebut-Mu,
setelah jantungku terikat dengan cinta-Mu,
setelah segala ketulusan pengakuan-ku dan permohonan-ku,
seraya tunduk bersimpuh pada rububiah-Mu ?.
Tidak,
Engkau terlalu mulia untuk mencampakkan orang yang engkau ayomi,
atau menjauhkan orang yang Engkau dekatkan,
atau menyisikan orang yang Engkau naungi,
atau menjatuhkan bencana pada orang
yang Engkau cukupi dan Engkau sayangi,
aduhai diriku!,
Junjungan-ku, Tuhan-ku, Pelindung-Ku !,
Apakan Engkau akan melemparkan keneraka wajah-wajah yang tunduk rebah karena kebesarab-Mu,
lidah-lidah yang dengan tulus mengucapkan ke-Esaan-Mu dan dengan pujian mensyukuri nikmat-Mu,
kalbu-kalbu yang dengan sepenuh hati mengakui uluhiah-Mu,
hati nurani yang dipenuhi ilmu tentang Engkau,
sehingga bergetar katakutan,
tubuh-tubuh yang telah biasa tunduk untuk mengabdi-Mu dan dengan merendah memohon ampunan-Mu ? Tidak sedemikian itu persangkaan kami tentang-Mu,
padahal telah diberitakan pada kami tentang keutamaan-Mu.
Wahai pemberi karunia, wahai pemelihara !
Engkau mengetahui kelemahanku
dalam menanggung sedikit dari bencana dan siksa dunia
serta kejelekan yang menimpa penghuninya;
Padahal semua (bencana dan kejelekan) itu singkat masanya, sebentar lalunya, dan pendek usianya.
Maka apakah mungkin aku sanggup menanggung bencana akhirat dan kejelekan hari akhir yang besar,
bencana yang panjang masanya dan kekal menetapnya, serta tidak diringankan bagi orang yang menanggungnya;
sebab semuanya tidak terjadi, kecuali karena murka-Mu, karena balasan-Mu.
Inilah, yang bumi dan langit pun tak sanggup memikulnya.
Wahai Junjungan-Ku,
bagai mana mungkin aku (menanggungnya)?,
padahal aku hamba-Mu yang lemah, rendah, hina, malang, dan papa.
Urusan apalagi kiranya yang akan aku adukan pada-Mu ?
Mestikah aku menangis menjerit, karena kepedihan dan beratnya siksa, atau karena lamanya cobaan ?
SekiranyaEngkau siksa aku beserta musuh-musuh-Mu,
dan Engkau himpunkan aku bersama penerima bencana-Mu,
dan Engkau ceraikan aku dari para kekasih dan kecintaan-Mu, ohh….. seandainya aku.
Ya Ilahi,
Junjungan-ku, Pelindung-ku, Tuhan-ku.
Sekiranya aku dapat bersabar menanggung siksa-Mu,
mana mungkin aku mampu bersabar berpisah dari-Mu ?.
Dan seandainya
aku dapat bersabar menahan panas api-Mu,
mana mungkin aku bersabar tidak melihat kemulyaan-Mu ?.
Mana mungkin
aku tinggal di neraka, padahal harapanku hanya maaf-Mu !.
Demi kemuliaan-Mu,
wahai Junjungan-Ku, Pelindung-Ku !
Aku bersumpah dengan tulus;
sekiranya Engkau biarkan aku berbicara disana, ditengah penghuninya, aku akan menangis, tangisan mereka yang menyimpan harapan,
aku akan menjerit, jeritan mereka yang memohon pertolongan,
aku akan merintih, rintihan yang kekurangan.
Sungguh,
aku akan menyeru-Mu, dimanapun Engkau berada.
Wahai, Pelindung kaum mukminin,
Wahai tujuan harapan kaum arifin,
Wahai lindungan kaum yang memohon perlindungan,
Wahai kekasih kalbu para pencinta kebenaran,
Wahai Tuhan seru sekalian alam.
Maha suci Engkau Ilahi, dengan segala puji-Mu !
Akankah Engkau dengar disana suara hamba muslim
yang terpenjara dengan keingkarannya,
yang merasakan siksanya karena kedurhakaannya,
yang terperosok ke dalam nya karena dosa dan nistanya;
ia merintih pada-Mu dengan mendambakan rahmat-Mu,
ia menyeru-Mu dengan lidah ahli tauhid-Mu,
ia bertawasul pada-Mu dengan rububiah-Mu,
Wahai Pelindung-ku !
Bagaimana mungkin ia kekal dalam siksa,
padahal ia berharap pada kebaikan-Mu yang terdahulu.
Mana mungkin neraka menyakitinya,
padahal ia mendambakan karunia dan kasih-Mu.
Mana mungkin nyalanya membakarnya,
padahal Engkau dengar suaranya dan Engkau lihat tempatnya,
Mana mungkin jilatan api mengurungnya,
padahal Engkau mengetahui kelemahannya.
Mana mungkin ia jatuh bangun didalamnya,
padahal Engkau mengetahui ketulusannya.
Mana mungkin Zabaniyah menghempasnya,
padahal ia memanggil-manggil -Mu : Ya Rabbi … !
Mana mungkin ia mengharapkan karunia kebebasan dari padanya, lalu Engkau meninggalkannya disana,
Tidak,
tidak demikian sangkaku pada-Mu.
Tidak mungkin seperti itu perlakuan-Mu terhadap kaum beriman,
melainkan kebaikan dan karunialah yang Engkau berikan.
Dengan yakin aku berani berkata,
kalau bukan karena keputusan-Mu
untuk menyiksa orang yang mengingkari-Mu dan putusan-Mu
untuk mengekalkan disana orang-orang yang melawan-Mu,
tentu
Engkau jadikan api seluruhnya sejuk dan damai,
tidak akan ada lagi disitu tempat tinggal
dan menetap bagi siapapun.
Tetapi Maha Kudus nama-nama-Mu,
Engkau telah bersumpah,
untuk memenuhi neraka dengan orang-orang
kafir dari golongan Jin dan Manusia seluruhnya.
Engkau akan mengekalkan disana kaum durhaka.
Engkau dengan segala kemuliaan puji-Mu,
Engkau berkata ,
setelah menyebutkan nikmat yang Engkau berikan
“Apakah orang mukmin seperti orang kafir, sungguh tidak sama mereka itu”.
Ilahi, Junjungan-ku,
Aku memohon pada-Mu,
dengan kodrat yang telah Engkau tentukan,
dengan qadha yang telah Engkau tetapkan dan putuskan,
dan yang telah Engkau tentukan berlaku pada
orang-orang yang dikenai ;
Ampunilah bagi-ku, dimalam ini, disaat ini,
semua nista yang pernah aku kerjakan,
semua dosa yang pernah aku lakukan,
semua kejelekan yang pernah aku rahasiakan,
semua kedunguan yang pernah aku amalkan,
yang aku sembunyikan atau tampakkan,
yang aku tutupi atau yang aku tunjukkan.
Ampunilah semua keburukan
yang telah Engkau suruhkan malaikat mencatatnya.
Mereka yang telah Engkau tugaskan untuk merekam
Segala yang ada padaku,
mereka yang Engkau jadikan saksi-saksi
bersama seluruh anggota badanku,
dan Engkau sendiri mengawal di belakang mereka,
menyaksikan apa yang tersembunyi pada mereka.
Dengan rahmat-Mu, Engkau sembunyikan kejelekan itu
Dengan kerunia-Mu, Engkau menutupinya.
Perbanyaklah bagianku pada setiap kebaikan yang Engkau turunkan, atau setiap karunia yang Engkau limpahkan,
atau setiap keberuntungan yang Engkau sebarkan,
atau setiap rezeki yang Engkau curahkan,
atau setiap dosa yang Engkau ampunkan,
atau setiap kesalahan yang Engkau sembunyikan.
Ya Rabbi … Ya Rabbi … Ya Rabbi…
Ya Ilahi, Junjungan-ku, Pelindung-ku, Pemilik nyawa-ku !
Wahai Dzat yang ditangan-Nya ubun-ubunku !
Wahai yang mengetahui kesengsaraan dan kemalangan-ku !
Wahai yang mengetahui kefakiran dan kepapaan-ku !
Ya Rabbi … Ya Rabbi … Ya Rabbi …
Aku memohon pada-Mu dengan kebenaran dan kesucian-Mu,
dengan keagungan sifat dan Asma`-Mu !
Jadikan waktu-waktu malam dan siang-ku,
dipenuhi dengan zikir pada-Mu,
dihubungkan dengan kebaktian pada-Mu,
diterima amalku disisi-Mu,
sehingga jadilah amal dan wiridku
seluruhnya wirid yang satu,
dan kekalkanlah selalu keadaanku dalam berbakti pada-Mu.
Wahai Dzat yang kepada-Nya aku percayakan diriku !
yang kepada-Nya aku adukan keadaanku !
Ya Rabbi … Ya Rabbi … Ya Rabbi …
Kokohkan anggota badanku untuk berbakti pada-Mu.
Teguhkan tulang-tulangku untuk melaksanakan niatku.
Karuniakan pada-ku kesungguhan untuk bertakwa pada-Mu, kebiasan untuk meneruskan bakti pada-Mu,
sehingga aku bergegas menuju-Mu bersama para pendahulu
dan berlari kearah-Mu bersama orang-orang terkemuka,
merindukan dekat pada-Mu bersama yang merindukan-Mu.
Jadikan daku dekat pada-Mu, dekatnya orang-orang yang ikhlas
dan takut pada-Mu, takutnya orang-orang yang yakin.
Sekarang aku berkumpul dihadirat-Mu bersama kaum mukminin.
Ya Allah !
siapa yang berbaksud buruk padaku, tahanlah dia,
siapa yang memperdayakan-ku, gagalkanlah dia.
Jadikan aku hamba-Mu yang paling baik nasibnya disisi-Mu.
yang paling dekat kedudukannya dengan-Mu,
yang paling istimewa tempatnya didekat-Mu,
Sungguh,
semua ini tidak akan tercapai, kecuali dengan karunia-Mu.
Limpahkan padaku kemurahan-Mu,
sayangi aku dengan kebaikan-Mu,
jaga diriku dengan rahmat-Mu,
gerakkan lidah-ku untuk selalu berzikir pada-Mu,
penuhi hatiku supaya selalu mencintai-Mu,
berikan padaku yang terbaik dari ijabah-Mu,
hapuskan bekas kejatuhanku,
Ampuni ketergelinciranku.
Sungguh,
telah Engkau wajibkan hamba-hamba-Mu beribadah pada-Mu,
Engkau perintahkan mereka untuk berdo`a pada Mu,
Engkau jaminkan pada mereka ijabah-Mu.
Karena itu, kepada-Mu,
Ya Rabbi,
aku hadapkan wajah-ku, kepada-Mu,
Ya Robbi,
aku ulurkan tangan-ku, demi kebesaran-Mu,
perkenankan do`a-ku,
sampaikan daku pada cita-citaku,
jangan putuskan harapanku akan karunia-Mu,
lindungi aku dari kejahatan Jin dan Manusia
musuh-musuhku.
Wahai yang Maha cepat ridhonya !
Ampunilah orang yang tidak memiliki apapun kecuali do`a,
karena Engkau perbuat apa kehendak-Mu.
Wahai yang namanya adalah obat,
yang zikir-Nya adalah penyembuhan,
yang ketaatan-Nya adalah kekayaan !
Kasihanilah orang yang hartanya hanya harapan,
dan senjatanya hanya tangisan.
Wahai Penabur karunia !
Wahai Penolak bencana !
Wahai Nur,
yang menerangi mereka
yang terhempas dalam kegelapan,
Wahai yang maha tahu tanpa diberi tahu,
sampaikan rahmat-Mu
pada Muhammad dan Keluarga Muhammad.
Lakukan pada-ku
apa yang layak bagi-Mu.
Semoga Allah
melimpahkan kesejahteraan
pada Rasul-Nya serta para Imam yang mulia dari Keluarganya;
Sampaikan salam pada mereka.


Kecemburuan Wanita adalah Kekufuran

TERDAPAT sebuah ungkapan dari Amirul Mukminin Imam Ali Abi Thalib yang seolah-olah memojokan kaum wanita dan meninggikan derajat kaum pria, “Jirâtul rijal minal îman, wa jîratul mar’ah kuffur” (kecemburuan pria adalah iman, sedang kecemburuan wanita adalah kekufuran).

Kalau ditilik secara harfiah, ucapan Amirul Mukminin itu memang terkesan menyudutkan kaum wanita; setiap wanita yang tindakannya berpijak di atas sikap cemburu akan berakibat pada kekufuran; sebaliknya, kecemburuan seorang lelaki merupakan bagian dari keimanan. Bila keberadaan pria dan wanita ditinjau dari sudut pandangan dunia, kita akan mengetahui bahwasanya Amirul Mukminin tengah menyampaikan ihwal relasi antara keberadaan dengan kelaziman

Misal, aliran air. Di manapun dan sampai kapan pun, selazimnya air selalu menempati atau mengalir ke tempat yang lebih rendah, membasahi sesuatu, dan menumbuhkan sesuatu. Ketika sedang sakit, kita tidak ingin terkena air, bahkan merasa terganggu dengannya. Dalam hal ini, keberadaan air merupakan sesuatu yang mudharat bagi orang yang sakit. Namun tatkala kita sedang haus, keberadaan air menjadi sangat bermanfaat bagi kita. Jadi, dalam hal ini, air memiliki kemaslahatan dan kemudharatan dalam hubungannya dengan sesuatu.

Ungkapan yang disampaikan Amirul Mikminin di atas pada dasarnya menceritakan tentang suatu keadaan dan kelaziman dari sebuah keberadaan. Artinya, setiap keberadaan pasti memiliki kelaziman, tidak terkecuali Allah Swt. 

Dalam pembahasan tauhid, dikatakan bahwa Allah Swt adalah Wajib al-Wujud bi al-Zat. Menurut kelaziman akal, Wajib al-Wujud bi al-Zat menjadikan Allah Swt itu Wujud Wâhidun bi al-Zat dan Ahadun bi al-Zat (Zat-Nya Wâhid dan Ahad). Tatkala akal menisbahkan bahwa keberadaan Allah Swt Wâhid dan Ahad, maka itu melazimkan Dirinya tak punya keperluan atau kepentingan terhadap selain-Nya. Sebab, hanya Dia-lah Wujud yang Wajib. Setiap Wajib-Nya adalah Ahadiah dan Wâhidiah-Nya. 

Dengan Ahadiah dan Wahidiah-Nya itulah, Allah Swt tidak memiliki keperluan terhadap selain-Nya. Karenanya, ini melazimkan suatu pemahaman lain bahwa Allah Swt itu al-Ghâni (maha kaya). Pada gilirannya, kemahakayaan Allah Swt yang tentunya bi al-Zat itu, melazimkan sesuatu yang lain; bahwa Allah Swt itu al-Mâlik, Pemilik hakiki segala sesuatu. Selain kepemilikan hakiki Allah Swt, kepemilikan lainnya adalah kepemilikan yang bersifat i’tibar (kepemilikan non-hakiki).

Dengan pemahaman bahwa Zat al-Ghâni adalah Allah Swt, di mana kepemilikannya bersifat hakiki, maka selain-Nya adalah mamluk (sesuatu yang dimiliki) di bawah kepemilikan yang sebenarnya. Tatkala akal melazimkan bahwa Allah Swt adalah Mâlik bil haqiqiyah, maka selain Allah adalah mamluk bil waqi’iyah, secara realitas, secara maujud, dan pada hakikat keberadaannya. Dengan demikian, akal melazimkan bahwa segenap yang ada dan melekat pada mamluk, pada hakikatnya adalah kosong (nihil) dari nilai keberadannya. Sebab, keberadaannya semata-mata dinisbahkan pada kepemilikan al-Mâlik. Ya, keberadaannya semata-mata milik Allah Swt.

Dengan proposisi bahwa keberadaan mamluk semata-mata milik al-Mâlik, maka terdapat sebuah kelaziman tentang adanya satu pemahaman bahwa al-Mâlik adalah al-Khaliq, atau Pencipta. Dalam hal ini, Dia adalah Wujud yang menciptakan keberadaan mahluk, sekaligus pemiliki keberadaan dan maujud mahluk. Karenanya, Dia lah al-Khaliq yang menciptakan adanya mamluk. 

Dengan memahami bahwa Allah Swt itu al-Khaliq, akan muncul dua bentuk pemahaman berkenaan dengan maksud penciptaan. Apakah penciptaan mamluk bersandar pada al-ghayah al-kamaliyah (tujuan kesempurnaan), atau pada shalahiyah-Nya (tujuan kemaslahatan dan kemudharatan)? Apa sebenarnya tujuan al-Khalik dalam mencipta mahluk-Nya?

Apakah tujuan penciptaan adalah kesempurnaan atau kemaslahatan, khususnya sewaktu kita memahami bahwa Allah Swt itu Wajib al-Wujud. Yang jelas, kalau kita kembali ke awal pembahasan, maka dapat ditegaskan bahwa Allah Swt mustahil mencipta mahluknya berdasarkan kemaslahatan. Mengapa? Sebab, setiap sesuatu yang dimaksudkan untuk kemaslahatan melazimkan banyaknya pertimbangan. Sedangkan sesuatu yang dimaksudkan untuk kesempurnaan berangkat dari satu pertimbangan. Dalam hal ini, sesuatu yang dimaksudkan untuk kemaslahatan amat bergantung pada sudut tinjaunya. Misal, Allah Swt menciptakan alam semesta ini. Lalu, Allah menjadikan hujan, yang pada gilirannya memungkinkan terjadinya banjir. Peristiwa banjir bagi umat manusia yang dirugikan adalah sesuatu yang mudharat (tidak maslahat). Sebaliknya, bagi manusia yang memperoleh manfaat akan menganggap turunnya hujan sebagai sebuah maslahat. 
 
Jadi ketika kita berbicara tentang maslahat, banyak hal yang harus dijadikan pertimbangan. Ini berbeda dengan masalah kesempurnaan yang hanya bertolak tidak lebih dari satu pertimbangan yang sifatnya absolut. Dikarenakan Allah Swt itu Ahad dan Wâhid, maka mustahil Dia menciptakan sesuatu berdasarkan kemaslahatan. Allah Swt jelas-jelas mencipta berdasarkan kesempurnaan. Bila didasari kemaslahatan, niscaya tatanan tauhid akan cacat dan rusak.

Khaliqiyah adalah sifat perbuatan Allah Swt, bukan sifat zat-Nya. Lantas apa bedanya antara sifat zat dan sifat perbuatan? Dengan menyebutnya sifat zat, kita mengenali satu kesempurnaan yang diambil dari wujud Allah Swt, bukan menempatkannya pada Allah Swt. Kita mengenali sifat kesempurnaan dari wujud Allah Swt, sebagaimana kita mengenal adanya sifat terang yang kemudian dinisbahkan pada cahaya. Dalam hal ini, sifat zat (terang) itu dapat dimaknai lantaran keberadaan cahaya tersebut.

Adapun sifat perbuatan yang menimbulkan adanya ma’lul (akibat atau penderita), melazimkan munculnya pemahaman dalam akal tentang adanya sebuah perlakuan. Keberadaan ciptaan meniscayakan adanya pencipta, yang pada gilirannya melahirkan pemahaman tentang adanya perbuatan mencipta. Karena itu, sifat perbuatan Tuhan bukan melekat pada tuhan. Sifat perbuatan Tuhan itu melekat pada pemahaman manusia. Semua ini amat tergantung pada bagaimana kita menilai Tuhan dalam hal perbuatan-Nya, berdasarkan kemaslahatan atau kesempurnaan. Ini perlu diperhatikan baik-baik karena merupakan sebuah pendahuluan yang sangat penting.

Penilaian kita sebagai manusia yang berpijak di atas prinsip kemaslahatan penilaian dipastikan akan bernilai subjektif, bukan objektif. Adapun penilaian yang berpi di atas prinsip kesempurnaan, niscaya akan bernilai objektif. Sekarang, yang harus kita pahami lebih dulu adalah bagaimana Allah Swt bercerita tentang ciptaann-Nya. Baru setelah itu, kita memberikan nilai berdasarkan prinsip kesempurnaan terhadap ciptaan Allah Swt. Dalam konteks ini, Allah Swt mengatakan: Dia Allah yang menciptakan atau yang menjadikan segala sesuatu. Maka dari itu, apa pun yang Allah Swt ciptakan pasti baik, benar, dan indah.

Tatkala bercerita tentang seluruh mahluk-Nya, Allah Swt mengatakan bahwa seluruh keberadaan yang bersumber dari Allah Swt adalah baik belaka. Dalam hal ini, bila kita menimbang sesuatu (ciptaan Allah) berdasarkan itung-itungan manfaat atau tidaknya, maka kita tidak memberikan nilai kebaikan (pada ciptaan itu) secara hakiki. Berkenaan dengan wujudnya, sebilah pisau adalah baik. Lain hal kalau kita mempersoalkan manfaat dari pisau tersebut, yang belum tentu baik, alias bisa digunakan untuk keburukan.

Allah Swt mengatakan bahwa setiap yang Dia ciptakan dan wujudkan tidak berpijak di atas dua pertimbangan; allazî ahsana, yang Aku ciptakan itu ahsan (satu yang terbaik). Ya, Allah Swt menyatakan perihal semua mahluk-Nya yang diciptakan-Nya dengan satu penilaian. Dengan demikian, proses penciptaan bukanlah didasari oleh pertimbangan kemaslahatan. Sebab, nilai keberadaan-Nya hanyalah satu, yaitu baik semata. 

Namun bagaimana sewaktu Allah Swt mengatakan perihal mahluk-Nya yang khas, yaitu manusia: Allazî khalaqtu bi yada’i, yang Aku ciptakan dengan dua tangan (maksudnya, manusia diciptakan bukan dengan satu nilai, melainkan dengan dua nilai)?

Proses penciptaan alam semesta didasari oleh satu nilai, sebagaimana dikatakan Allah Swt: Allazî ahsana kulla syai’in khalaqah. Namun, penciptaan manusia justru didasari oleh dua nilai, sebagaimana dikatakan Allah Swt: Allazî khalaqtu bi yada’i. Dalam konteks tauhid, sekalipun Allah Swt memberikan contoh sesuatu yang berhubungan dengan Zat-Nya, namun itu bukanlah bentuk perbuatan Allah Swt.

Bertolak dari prinsip di atas, Allah Swt mencipta mahluk-Nya dengan satu kesempurnaan. Namun untuk mencipta manusia yang merupakan makhluk yang khas, Allah Swt menciptanya dengan dua kesempurnaan. Kesempurnaan ciptaan (manusia) yang dimaksud adalah, pertama, Jalaliyyah Allah Swt, dan kedua Jamaliyyah Allah Swt. Jalal berarti bahwa Allah Swt Mahapemaksa, Mahapenentu, Mahahakim, Mahakuasa, dan Maha Menyiksa. Sedangkan Jamal dimaksudkan bahwa Allah Swt itu Mahapengampun, Mahapengasih, Mahapenyabar, Mahakarim, dan Mahalembut.

Allah Swt mencipta manusia dengan sifat Jamaliyyah dan Jalaliyyah-Nya. Kedua sifat tersebut adalah juga sifat insan. Namun keduanya berbeda satu sama lain. Dengan sifat jamal, manusia itu pengasih bukan pemaksa, pengampun bukan penentu. Sedangkan sifat jalaliyyah justru sebaliknya. 
 
Sifat jamaliyyah merupakan sifat menerima (reseptif) dan pasif. Adapun sifat jalaliyyah bersifat aktif dan penentu. Dalam hal ini, kaum pria dianugerahi Allah Swt sifat jalaliyyah, sedangkan kaum wanita dianugerahi sifat jamaliyyah.

Dalam hal ini, baik sifat jamaliyyah maupun sifat jalaliyyah adalah manifestasi kesempurnaan Allah Swt dalam hal penciptaan. Namun, al-Quran membedakan sifat jamal dan jalal tersebut berdasarkan kriteria taklif yang dibebankan Allah Swt kepada manusia berdasarkan jenis kelamin (gender). Misal, Allah Swt mewajibkan kaum wanita untuk menutup dirinya dari kaum laki-laki, sementara itu juga Allah Swt mewajibkan kaum pria untuk memperhatikan kaum wanita. Semua beban kewajiban tersebut jelas berhubungan dengan sifat penciptaan masing-masing; sifat yang disandang kaum pria adalah jalaliyyah yang cenderung memiliki atau menguasai, sedangkan sifat yang disandang kaum wanita adalah jamaliyyah yang cenderung menerima (reseptif) sebuah penguasaan.

Karenanya, kewajiban syariat wanita dan pria dibedakan satu sama lain. Dan pemenuhan kewajiban syariat masing-masing akan dipandang sebagai bentuk kesempurnaan jamaliyyah Allah Swt yang patut mendapat pujian (untuk kaum wanita) dan jalaliyah Allah Swt yang layak ditakuti (untuk kaum pria). Dalam pada itu, sifat jamaliyyah akan senantiasa menyertakan raja’ (harapan), dan sifat jalaliyyah akan melahirkan khauf (rasa takut) kepada Allah Swt.

Jadi, sekali lagi, terdapat dua maujud yang berkenaan dengan penciptaan manusia; sifat jamaliyyah yang diwujudkan Allah Swt dalam diri kaum wanita, serta sifat jalaliyyah yang diwujudkan-Nya dalam diri kaum pria. Kalau pembahasan ini dihubungkan dengan jenis kecenderungan manusia, maka dapat dikatakan bahwa setiap tindak kecemburuan bernilai aktif dan lahir dari al-quwwah al-ghadabiyyah yang terdapat dalam diri manusia. Dalam hal ini, aktivisme merupakan ciri khas dari sifat jalaliyyah, bukan sifat jamaliyyah. Karena itu, ghirah semacam ini (kecemburuan) harus melekat pada jalal bukan jamal.

Dari sisi akhlak, Rasulullah saww pernah mengatakan, “Seorang isteri harus bertahan dalam menerima perlakuan suaminya.” Apakah hal ini diartikan bahwa kaum wanita tidak punya pembela? Tentunya tidak! Kaum wanita memiliki pembelaan secara syar’i (hukum). Islam memiliki syariat dan undang-undang. Akan tetapi, pembahasan kita kali ini berkenaan dengan bagaimana kemestian dari sifat jamaliyyah yang di ceritakan Amirul Mukminin.

Terdapat sebuah kisah tentang seorang tua yang akan menikahkan anaknya. Ia mengatakan, “Wahai anak-ku, jadilah engkau bagi suami-mu tempat berpijak”, coba kita sedikit berpikir, bahwa bumi ini adalah tempat yang rendah niscaya suami-mu akan menjadi langit sebagai perlindungan-mu, artinya adanya sifat pemaksa, adanya sifat ghadab, itu dapat dikalahkan oleh sifat gelisah, hanif yaitu keluh kesah. Allah Swt mengatakan: “Aku lebih menyayangi hambaku dari pada seorang ibu kepada anaknya”, artinya apapun yang kalian lakukan, ketika melakukan perlawanan kepada-Ku dengan cara bermaksiat, kalau kalian datang menghiba kepada-Ku, memohon ampunan kepada-Ku niscaya Aku akan murka-Ku ini runtuh, ghadabiyah ini runtuh dikarenakan oleh keluh kesah dengan kemanjaan bukan dengan ghadab, bukan dengan kecemburuan, niscaya kaum wanita akan menguasai semua kaum pria.

Inilah yang kemudian dimaksudkan dengan apabila kecemburuan lahir dari wanita, niscaya akan timbul kerusakan. Sebabnya, aspek psikis ini (kecemburuan) pada hakikatnya bukanlah milik kaum wanita, melainkan milik kaum pria. 

Orang-orang kafir yang ingin merusak tatanan tauhid, tatanan masyarakat yang islami, akan menjadikan kaum wanitanya kehilangan jati diri jamaliyyah-nya. Seraya itu, mereka memperkerdil dan melemahkan sifat jalaliyyah-nya kaum pria. Allah Swt mengatakan tentang Fir’aun: Yusâ bihunna. Dalam hal ini dikatakan bahwa Fir’aun menyuruh setiap anak laki-laki dibunuh, seraya pula merendahkan serta mempermalukan kaum wanitanya.

Ayat ini mengemukakan tentang sebuah fakta sejarah, di mana Fir’aun telah mengeluarkan perintah untuk membunuh setiap bayi lelaki yang lahir di muka bumi ini, serta memaksa kaum wanita Yahudi untuk menjadi selir atau dinikahi kaum lelaki Mesir. Namun, kisah yang dituturkan ayat tersebut tidak hanya sekadar kisah. Di baliknya, tersembunyi sebuah rahasia ideologis. Frasa: Yusâ bihunna, bukan hanya memiliki makna lahiriah saja, yaitu membunuh dengan pisau. Namun, juga memiliki makna ideologis yang yang jauh lebih berbahaya, yakni bagaimana membungkam, membunuh, dan melenyapkan sifat jalaliyyah dan sifat jamaliyyah yang terdapat dalam diri kaum pria dan wanita. Bila misi ideologi itu tercapai, niscaya kaum pria tidak lagi marah sewaktu melihat para wanitanya, isteri-isterinya, atau anak-anak perempuannya, memamerkan kecantikannya. Ya, dalam keadaan itu, ghirah cemburu mereka sama sekali tidak muncul. Saat itu pula, kaum wanitanya kehilangan rasa malu di hadapan kaum pria, sehingga dengan seenaknya membuka baju (penutup aurat) di hadapan pria. Yusâ bihunna…. Dalam keadaan inilah sifat jalaliyyah dalam diri kaum pria dan sifat jamaliyyah dalam diri kaum wanita telah lenyap tanpa bekas. Keharusan wanita untuk menundukan wajahnya di hadapan pria pun diabaikan. Bahkan, dengan bahasa yang vulgar, mereka berani mengatakan, “Anda (kaum wanita) tak perlu malu di hadapan kaum laki-laki. Paculah diri Anda untuk bersaing dengan mereka (kaum pria).”

Muncul pertanyaan dalam benak kita, apakah maksud Allah Swt menganugerahkan sifat jalaliyyah dan jamaliyyah-Nya agar terjadi persaingan di antara kaum pria dan wanita? Tidak! Sifat jalaliyyah dan jamaliyyah bukanlah dua sifat yang dianugerahkan Allah untuk dibenturkan satu sama lain. Namun, kedua sifat agung tersebut merupakan sebuah kesatuan integral. Dalam konteks ini, kaum wanita berkiprah sesuai dengan fungsinya (dalam kerangka jamaliyyah-nya). Sementara kaum laki-laki juga berkiprah menurut fungsinya (dalam kerangka jalaliyyah-nya). Kekuatan apapun di muka bumi ini tak akan mampu mengalahkan mereka yang menjalankan fungsi sesuai dengan kodrat penciptaannya. Akan tetapi, bila kaum wanita mulai mengenakan jubah penciptaan kaum laki-laki, niscaya dalam sekejap, tatanan tauhid ini akan porak-poranda.

Inilah sebabnya, mengapa Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib sampai mengatakan bahwa pabila kaum wanita menyandang girah (semangat) kaum lelaki (yakni kecemburuan), niscaya akan timbul kerusakan dan kekufuran. Namun, bila ghirah kecemburuan itu disandang dan difungsikan kaum lelaki, niscaya akan terlahir keimanan.

Ghirah al-rajul adalah semangat jalaliyyah. Maksud dari konsep ini bukanlah semata-mata menunjuk hidung seseorang seraya mengatakan, “si fulan itu berjenis kelamin pria.” Bukan! Namun, dimaksudkan sebagai sosok manusia yang diciptakan berdasarkan Jalaliyyah Allah Swt. Wanita adalah aroma (kuntum bunga), tempat kaum pria mencurahkan perhatian, perlindungan, santunan, kasih, dan sayang. Dalam hal ini, kaum pria tidak dibenarkan memaksakan kehendaknya. Sebab, paksaan merupakan salah satu elemen dari sifat jamaliyyah yang harus difungsikan kaum wanita; sifat mana yang menjadikan kaum wanita memiliki senjata yang luar biasa dahsyatnya guna menundukan keperkasaan dan amarah (jalaliyyah al-ghadhabiyah) kaum lelaki

Penulis: Ustadz Abdullah Assegaf

Ikhlas Mengantarkan Manusia Mencapai Derajat Syahid


Hujjatul Islam Nazafat menyatakan, keikhlasan dan mengakui hak-hak, akan mengantarkan manusia hingga ke derajat syahid di jalan Allah Swt.
 
Rasa News (17/4) melaporkan, Hujjatul Islam Nezafat menyinggung pentingnya niat dalam kehidupan manusia dan mengatakan, setiap pekerjaan yang dimulai tanpa menyebutkan nama Allah Swt, akan mandul. Dalam riwayat disebutkan bahwa tidak ada anggota tubuh yang lemah dalam mengerjakan sesuatu yang telah diniatkan untuknya.
 
Ditambahkannya, hanya orang yang telah mengikhlaskan niatnya untuk Allah dapat bersabar menghadapi rasa tidak terima kasih orang-orang yang telah dikasihi.
 
Imam Ali as dalam khotbah 190 di Nahjul Balaghah menilai ikhlas dan makrifat sebagai sarana untuk menyampaikan manusia pada derajat orang yang gugur syahid di jalan Allah Swt.
 
Seraya menekankan bahwa amal yang tidak dilakukan dengan ikhlas justru sangat membebani seseorang dan mengatakan, ketika seseorang berbuat sesuatu tidak ikhlas, maka yang diterimanya hanya kesusahan dan bukan manfaat.
 
Terkait tanda-tanda amal yang tidak ikhlas, Hujjatul Islam Nezafat mengatakan, ciri amal tidak ikhlas adalah pamer dan demi kepentingan. Ikhlas jangkauannya sangat luas, mulai di kancah jihad baik jihad perang maupun budaya, politik, hingga masalah-masalah sosial. Bahkan dalam menjalin persahabatan atau memusuhi juga harus ikhlas yaitu dengan niat menggapai keridhaan Allah Swt.
 
Jika seseorang mencintai sesuatu demi keridhaan Allah Swt, maka dia juga tidak akan merasa keberatan untuk mengorbankannya, dan hukum ini menyangkut berbagai hal. (IRIB Indonesia)

Rasulullah Saw, Kunci Menuju Kesempurnaan


Setiap manusia dalam masa hidupnya merindukan kesempurnaan, bahkan ketika matinya pun berharap menyempurna.  Dari awal sejarah hingga akhir sejarah, pelaku sejarah "manusia" selalu berarak menuju kesempurnaannya. karena harapan menyempurna dan cinta kesempurnaan adalah fitrah bawaan manusia.

Imam Khomeini, ketika membahas hadis tentang fitrah dalam buku empat puluh hadisnya menyebutkan, "Untuk memahami bahwa keyakinan akan keberadaan Wujud Awal dari sesuatu telah tertanam dalam fitrah manusia, kita perlu memahami terlebuh dahulu sebuah realitas, yaitu bahwa salah satu diantara hal-hal fitriah manusia adalah kecintaan dan kerinduan akan kesempurnaan. Ini adalah karakter bawaan semenjak lahir yang dimiliki seluruh generasi umat manusia. Tak satu indvidu pun dari mereka yang tak memilikinya atau berlawanan dengan karakter ini."

Bahkan Imam Khomeini memperjelas bahwa kecenderungan cinta kesempurnaan akan selalu memotivasi dan mengarahkan pelakunya untuk terus bekerja dan berupaya keras membanting tulang hingga membuahkan kesuksesan yang dapat diraihnya. Cinta kepada kesempurnaan menurut Imam adalah sumber segala aktivitas.

Maka semua manusia beraktivitas karena didorong oleh kecintaan untuk menyempurna meski berbeda tentang persepsi tentang hakikat kesempurnaan itu sendiri. Beragam cara dan jalan ditempuh untuk menjadi sempurna, dan tentunya perbedaan jalan itu berawal dari persepsi dan kualitas para pelaku itu sendiri. Sehingga berbeda jalan yang di tempuh untuk sempurna atau beda kualitas kesempurnaan yang diraih, menandakan tingkat pengetahuan dan nilai dari pencari kesempurnaan.

Dalam Ghurar al-Hikam Imam Ali as mengatakan, "Orang yang berakal mencari kesempurnaan sedangkan orang yang bodoh mencari harta."

Kesempurnaan yang dipahami anak kecil berbeda dengan pemahaman orang dewasa. kesempurnaan ahli ilmu tidak sama dengan kesempurnaan seorang pengusaha. Kesempurnaan yang ingin diraih orang awam sangat berbeda jauh dengan keinginan orang arif. Atau contoh-contoh lainnya yang menandakan perbedaan pemahaman akan hakikat kesempurnaan. Benang merahnya adalah adanya kesefahaman bahwa ada cinta kepada kesempurnaan.

Dengan berlalunya waktu, saat akal manusia mendominasi dan digunakan sebagaimana mestinya, akan timbul kesadaran bahwa pencarian manusia kepada kesempurnaan selama ini ternyata hanya mengantarkan kepada kesempurnaan-kesempurnaan semu.Kesempurnaan yang masih memerlukan penyempurnaan. Sedangkan fitrah sejatinya menuntut kesempurnaan tanpa cacat, kesempurnaan yang benar-benar sempurna, kesempurnaan mutlak.

Kembali mengutip tulisan Imam Khomeini ra, "Pada akhirnya, kesempurnaan mutlak adalah dambaan setiap manusia. Secara bulat seluruh makhluk secara bulat dan fasih akan mengatakan, `Kami adalah para pecinta Kesempurnaan Mutlak; hati kami dibakar oleh cinta kepada Keindahan Mutlak; kami adalah pencari Pengetahuan Mutlak dan kekuasaan Mutlak."

Kesempurnaan tanpa cacat yang dicintai itu adalah Allah Pemilik semesta. Keindahan tak tercela yang membakar hati pecinta itu adalah Allah Sang pencipta. Pengetahuan sejati yang dicari itu adalah Allah Yang Maha Mengetahui dan Kekuasaan Mutlak yang membuat semua makhluk tunduk itu adalah Allah Sang Maha Kuasa.

Ya, sudah semestinya semua mahkluk merindukan Allah, semua ciptaan mendambakan perjumpaan dengan penciptanya.
    
Inilah seruan Imam pencetus Revolusi Islam Iran kepada kita, "Wahai para pecinta Zat Yang Mahakekal dan para pedamba Kekasih Yang Maha Suci dari aneka cacat, wahai kupu-kupu yang terbang mengitari Cahaya Keindahan Yang Maha Mutlak dan para musafir yang tersesat di lembah kebimbangan dan kesirnaan, kembalilah sejenak kepada fitrah kalian. Bukalah lembaran-lembaran jiwamu untuk mengetahui bahwa Zat Yang Mahakuasa telah menggariskan dalam fitrah kalian suatu ketetapan yang berbunyi:

Sesungguhnya aku palingkan wajahku kepada-Nya, yang telah menciptakan langit dan bumi...(QS al-An`am: 79)

Fitrah Allah yang dengannya Ia menciptakan manusia. (QS ar-Rum: 30)

Fitrah itu adalah fitrah untuk memalingkan wajah guna menatap Kekasih Mutlak dan ia tak berubah. Fitrah itu adalah kecenderungan untuk mencari makrifah Allah."

Rasulullah Muhammad dan Jalan Kesempurnaan
Salah satu falsafah dari diutusnya nabi agung Muhammad Saw adalah agar manusia sampai kepada kesempurnaan, sampai kepada Allah. Mampu menatap dan berpaling kepada penciptanya.

Imam Jakfar Shadiq as saat beliau ditanya oleh seoang atheis tentang bagaimana membuktikan para nabi dan rasul,beliau menjawab bahwa setelah membuktikan adanya pencipta yang Maha Tinggi, Maha Agung dan Bijaksana, maka Allah mengutus beberapa utusan untuk setiap manusia. Setiap utusan-Nya datang untuk menjelaskan ketauhidan dan keimanan serta menerangkan kepada mereka hal-hal yang baik dan berguna. Bukan hanya itu, mereka juga menerangkan hal-hal yang dapat mempertahankan dan melestarikan kehidupan mereka dan dapat membinasakan mereka bila perintah itu ditinggalkan.

Dalam al Quran surat al-Ahzab ayat 45-47, Allah Swt memperkenalkan rasul-Nya:

"Hai Nabi, sesungguhnya Kami mengutusmu untuk jadi saksi, dan pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan, dan untuk jadi penyeru kepada Agama Allah dengan izin-Nya dan untuk jadi cahaya yang menerangi. Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang mukmin bahwa sesungguhnya bagi mereka karunia yang besar dari Allah."

Muhammad adalah utusan Allah, kekasih Allah, makhluk termulia dan tersempurna di bumi. Rasulullah Muhammad adalah teladan kesempurnaan agar umatnya menyempurna, sesuai dengan fitrahnya, memalingkan wajah kepada pemilik segalanya.

Maha Sempurna Allah, memerintahkan manusia untuk menyempurna dan Allah pun memberikan teladan kesempurnaan. Dialah Rasulullah yang mendapat pujian dari Allah sendiri ketika nabi lain tiada yang mendapatkannya, karena akhlaknya yang luhur.

Dialah Rasulullah yang mendapat kedudukan tinggi di sisi Allah, "maqam mahdud", maqam yang hanya digapai olehnya seorang. Hanya Rasulullah saja, berkat kesempurnaanya, menggapai "qurb" kedekatan dengan Allah dikala Mikraj. Kedekatan teramat rapat yang hampir menyebabkan sayap malaikat Jibril terbakar. "Kemudian dia mendekat, lalu bertambah dekat lagi. Maka jadilah dia dekat (pada Muhammad sejarak) dua ujung busur panah atau lebih dekat (lagi)." (QS an-Najm: 8-9)

Adalah Rasulullah yang mendapat anugerah spesial dari Allah yakni shalawat. Allah bershalawat kepadanya begitupula Malaikat. Dan umat Muhammad pun diperintahkan bershalawat jika ingin menyempurna.

Menyampaikan shalawat kepada Rasulullah adalah jalan kesempurnaan, jalan menggapai ridha Tuhan. Shalawat kepada Muhammad dan keluarganya adalah cahaya dikala kita meniti shirot(jalan). Shalawat kepada Muhammad dan keluarganya adalah pembuka segala doa. Shalawat kepada Muhammad dan keluarganya adalah pintu ampunan malaikat buat kita.

Imam Baqir as berkata, "Hal yang paling berat timbangannya pada Hari Kiamat adalah shalawat kepada Muhammad dan keluarganya."

Allah adalah kesempurnaan, cinta Muhammad dan keluarganya adalah jalan menuju kesempurnaan itu. Wallahu `alam. (IRIB Indonesia)

“Allah Menjanjikan Kemenangan untuk Mereka yang Menempuh Jalan Rasulullah”


Hujjatul Islam Ashtiyani menyatakan, Allah Swt telah menjanjikan kemenangan bagi orang mereka yang menempuh jalan Rasulullah Saw.

Mehr News (22/4) melaporkan, Ashtiyani mengatakan, "Orang-orang yang melawan Allah Swt dan Rasul-Nya, adalah manusia-manusia hina yang tidak akan memiliki tempat baik di dunia maupun di akhirat kelak."

"Jika kita merujuk pada sejarah, akan kita saksikan bahwa para nabi Allah selalu keluar sebagai pemenang, dan sebabnya adalah karena Allah Swt telah menjanjikan kemenangan bagi mereka. Karena Allah Swt tidak ada kekuatan mutlak selain-Nya."

Seraya menjelaskan bahwa kecintaan kepada Allah dan kedekatan dengan-Nya, Hujjatul Islam Ashtiyani mengatakan, "Kecintaan kepada Rasulullah dan Ahlul Bait as tidak akan mungkin menyatu dengan kecintaan terhadap musuh-musuh mereka."

Menurutnya, jika seorang telah memahami makna hakiki dari kecintaan kepada Allah, maka dia tidak akan mencintai musuh-musuh Allah.

Kecintaaan Pada Dunia Berarti Keterpurukan
Dalam lanjutan penjelasannya, Hujjatul Islam Astiyani mengatakan, "Jika seseorang menyadari bahwa dirinya telah sangat terikat dengan harta dan urusan duniawi, sedemikian besar sehingga telah menutupi kecintaannya terhadap Allah Swt, maka dia harus tahu bahwa tangga menuju kesempurnaannya sedang keropos, dan dampak dari jatuhnya tergantung pada setinggi apa derajatnya ketika mulai mencintai dunia." (IRIB Indonesia/MZ)

Sifat Orang - orang Bertakwa


Sesungguhnya, ketika Allah Swt mencipta makhluk-Nya, Dia mencipta mereka dalam keadaan tidak butuh akan ketaatan mereka dan tidak cemas akan pembangkangan mereka. Maksiat apapun yang dilakukan orang takkan menimbulkan suatu mudarat bagi-Nya. Sebagaimana ketaatan orang yang bagaimana pun juga takkan mendatangkan sedikitpun manfaat bagi-Nya.
Dialah yang membagikan segala kebutuhan hidup mereka. Dan Dia pulalah yang meletakkan mereka masing-masing di tempatnya dalam dunia ini.
Maka orang-orang yang bertakwa, merekalah manusia-manusia bijak bestari. Kebenaran merupakan inti ucapan mereka, kesederhanaan adalah pakaian mereka, dan kerendahatian mengiringi gerak-gerik mereka.
Mereka tundukkan pandangan mereka terhadap segala yang diharamkan Allah. Dan mereka gunakan pendengaran mereka hanya untuk mendengarkan ilmu yang berguna.

Jiwa mereka selalu diliputi ketenangan dalam menghadapi cobaan, sama seperti dalam menerima kenikmatan. Dan sekiranya bukan karena kepastian ajal yang telah ditetapkan, niscaya ruh mereka takkan tinggal diam dalam jasad-jasad mereka walau hanya sekejap, baik disebabkan kerinduannya kepada pahala Allah atau ketakutannya akan hukuman-Nya.

Begitu agungnya Sang Pencipta dalam hati mereka, sehingga apasaja selain Dia menjadi kecil sekali dalam pandangan. Begitu kuat keyakinan mereka tentang surga, sehingga mereka rasakan kenikmatannya seolah telah melihatnya. Dan begitu kuat keyakinan mereka tentang neraka, sehingga mereka rasakan azabnya seakan telah menyaksikannya. Hati mereka selalu diliputi kekhusukan. Tak pernah orang mengkhawatirkan suatu gangguan dari mereka. Tubuh-tubuh mereka kurus-kering, kebutuhan-kebutuhan mereka amat sedikit, jiwa-jiwa mereka terjauhkan dari segala yang kurang patut.

Mereka bersabar beberapa hari dan memperoleh kesenangan langgeng sebagai pengganti. Itulah perdagangan amat menguntungkan yang dimudahkan Allah bagi mereka. Dunia menghendaki mereka, namun mereka tidak menghendakinya. Ia menjadikan mereka sebagai tawanan, namun mereka berhasil menebus diri dan terlepas dari cengkramannya…

(Pidato Panjang Imam Ali tentang sifat-sifat kaum bertakwa, dikutip sebagian dari Nahjul Balaghah)

Kamis, 22 Maret 2012

"Apa Yang Diberikan Allah Swt Kepada Kita Sesuai dengan Niat Kita"


Dosen Filsafat Universitas Mofid Qom, Doktor Sayid Mohammad Taqi Chavoshi menyatakan, besarnya kesiapan kita ketika akan mengerjakan sesuatu, akan menentukan besarnya tingkat amal saleh yang sesuai dengan niat tulus kita.
 
Berbicara mengenai detik-detik perubahan tahun dan peringatan tahun baru kalender persia (Nouruz) serta tentang cara agar niat dan harapan luhur itu dapat berlanjut dan berkesinambungan, Doktor Chavoshi kepada Mehr News (20/3) mengatakan, "Saya akan menukil hadis dari Imam Ali as yang berkata;
 
العطیة بقدر نیة
 
Yakni apa yang diberikan kepada kita sesuai dengan niat kita. Terkabulnya sebuah amal bergantung pada kecocokannya dengan niat."
 
Ditambahkannya, "Mungkin secara lahiriah kita melakukan sesuatu atau berniat melakukannya yang termasuk akhlak yang terpuji, akan tetapi apa yang akan kita dapatkan dari amal tersebut sangat terkait dengan persiapan dalam diri kita yaitu sebesar apa kita mempersiapkan diri untuk melakukannya."
 
"Secara ringkas saya katakan bahwa tidak ada amal yang terlepas dari niatnya. Tidak mungkin berniat melakukan sesuatu yang buruk akan tetapi hasilnya baik," tegasnya.
 
"Oleh karena itu, agar niat itu tetap berkesinambungan maka kita juga harus terus mempersiapkan diri untuk mengamalkannya. Kesiapan tersebut dapat dicapai dengan pertolongan dari Allah Swt disertai dengan tekad dari diri kita juga." (IRIB Indonesia/MZ)

Kebahagiaan Tertinggi Dalam Islam Adalah Keridhaan dari Allah Swt


Doktor Mohammad Fanaee, anggota Dewan Ilmiah Lembaga Pendidikan dan Bimbingan Imam Khomeini ra menyatakan, "Agama Islam menginginkan keceriaan manusia karena keceriaan adalah bagian dari kebahagiaan. Dan dalam Islam keceriaan paling utama adalah mendapatkan keridhoan dari Allah Swt."

Doktor Fanaee (14/3) mengatakan bahwa berbahagia dan menggelar acara perayaan [halal] juga merupakan salah satu bentuk pensyukuran nikmat Allah Swt. Tentunya keceriaan dan kebahagiaan tersebut harus tetap sesuai dengan syariat. Mengingat keceriaan itu indah, maka pada hakikatnya sesuatu yang haram, maka tidak logis dan tidak dapat diterima dan oleh karena itu pula hal tersebut tidak indah.

Ditambahkannya, "Ini berarti akal kita juga ikut membimbing kita mengenai bagaimana kita harus berbahagia, dan syariat yang menentukan batas-batasnya."

Oleh karena itu, menurut Doktor Fanaee, kebahagiaan dan keceriaan itu harus logis dan manusiawi. Adapun kebahagiaan tertinggi dalam Islam adalah keberhasilan mendapat keridhaan Allah Swt. (IRIB Indonesia/MZ)

Silaturahmi Adalah Salah Satu Keunggulan Agama Islam


Hujjatul Islam Sayid Ibrahim Hosseini menyatakan, "Al-Quran sangat menekankan pentingnya menunjukkan cinta dan kasih sayang di dalam berbagai kesempatan."

Menyinggung peringatan tahun baru kalender Persia yang tinggal beberapa hari lagi, Hosseini mengatakan bahwa tahun baru adalah salah satu waktu yang tepat untuk bersilaturahmi.

Dalam wawancaranya dengan Fars News (15/3), Hosseini mengatakan, "Salah satu kriteria Islam adalah dimensi rahmat, cinta, dan hubungan kasih sayang antarumat Islam dan juga penekanannya dalam masalah keluarga."

Menurutnya, filsafat pembentukan rumah tangga sebagai pondasi masyarakat adalah penyebaran cinta kasih dan rahmat. Dalam surat al-Rum ayat 21 Allah Swt memerintahkan agar manusia menggunakan kesempatan yang ada untuk saling mengasihi dan menyayangi.

«وَمِنْ آیَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَکُم مِّنْ أَنفُسِکُمْ أَزْوَاجًا لِّتَسْکُنُوا إِلَیْهَا وَجَعَلَ بَیْنَکُم مَّوَدَّةً وَ رَحْمَةً»

Dan silaturahmi adalah satu satu cara untuk menunjukkan cinta dan kasih sayang.
 
Peniliti di Lembaga Riset Imam Khomeini ra ini lebih lanjut menjelaskan, "Silaturahmi termasuk ibadah yang memiliki banyak manfaat termasuk pengampunan dosa-dosa, memanjangkan umur, serta kemuliaan di dunia dan ampunan di akhirat kelak. Dan oleh karena itu, niatkan untuk beribadan ketika bersilaturahmi. (IRIB Indonesia/MZ)