Setiap
manusia dalam masa hidupnya merindukan kesempurnaan, bahkan ketika
matinya pun berharap menyempurna. Dari awal sejarah hingga akhir
sejarah, pelaku sejarah "manusia" selalu berarak menuju kesempurnaannya.
karena harapan menyempurna dan cinta kesempurnaan adalah fitrah bawaan
manusia.
Imam Khomeini, ketika membahas hadis tentang fitrah dalam buku empat puluh hadisnya menyebutkan, "Untuk memahami bahwa keyakinan akan keberadaan Wujud Awal dari sesuatu telah tertanam dalam fitrah manusia, kita perlu memahami terlebuh dahulu sebuah realitas, yaitu bahwa salah satu diantara hal-hal fitriah manusia adalah kecintaan dan kerinduan akan kesempurnaan. Ini adalah karakter bawaan semenjak lahir yang dimiliki seluruh generasi umat manusia. Tak satu indvidu pun dari mereka yang tak memilikinya atau berlawanan dengan karakter ini."
Bahkan Imam Khomeini memperjelas bahwa kecenderungan cinta kesempurnaan akan selalu memotivasi dan mengarahkan pelakunya untuk terus bekerja dan berupaya keras membanting tulang hingga membuahkan kesuksesan yang dapat diraihnya. Cinta kepada kesempurnaan menurut Imam adalah sumber segala aktivitas.
Maka semua manusia beraktivitas karena didorong oleh kecintaan untuk menyempurna meski berbeda tentang persepsi tentang hakikat kesempurnaan itu sendiri. Beragam cara dan jalan ditempuh untuk menjadi sempurna, dan tentunya perbedaan jalan itu berawal dari persepsi dan kualitas para pelaku itu sendiri. Sehingga berbeda jalan yang di tempuh untuk sempurna atau beda kualitas kesempurnaan yang diraih, menandakan tingkat pengetahuan dan nilai dari pencari kesempurnaan.
Dalam Ghurar al-Hikam Imam Ali as mengatakan, "Orang yang berakal mencari kesempurnaan sedangkan orang yang bodoh mencari harta."
Kesempurnaan yang dipahami anak kecil berbeda dengan pemahaman orang dewasa. kesempurnaan ahli ilmu tidak sama dengan kesempurnaan seorang pengusaha. Kesempurnaan yang ingin diraih orang awam sangat berbeda jauh dengan keinginan orang arif. Atau contoh-contoh lainnya yang menandakan perbedaan pemahaman akan hakikat kesempurnaan. Benang merahnya adalah adanya kesefahaman bahwa ada cinta kepada kesempurnaan.
Dengan berlalunya waktu, saat akal manusia mendominasi dan digunakan sebagaimana mestinya, akan timbul kesadaran bahwa pencarian manusia kepada kesempurnaan selama ini ternyata hanya mengantarkan kepada kesempurnaan-kesempurnaan semu.Kesempurnaan yang masih memerlukan penyempurnaan. Sedangkan fitrah sejatinya menuntut kesempurnaan tanpa cacat, kesempurnaan yang benar-benar sempurna, kesempurnaan mutlak.
Kembali mengutip tulisan Imam Khomeini ra, "Pada akhirnya, kesempurnaan mutlak adalah dambaan setiap manusia. Secara bulat seluruh makhluk secara bulat dan fasih akan mengatakan, `Kami adalah para pecinta Kesempurnaan Mutlak; hati kami dibakar oleh cinta kepada Keindahan Mutlak; kami adalah pencari Pengetahuan Mutlak dan kekuasaan Mutlak."
Kesempurnaan tanpa cacat yang dicintai itu adalah Allah Pemilik semesta. Keindahan tak tercela yang membakar hati pecinta itu adalah Allah Sang pencipta. Pengetahuan sejati yang dicari itu adalah Allah Yang Maha Mengetahui dan Kekuasaan Mutlak yang membuat semua makhluk tunduk itu adalah Allah Sang Maha Kuasa.
Ya, sudah semestinya semua mahkluk merindukan Allah, semua ciptaan mendambakan perjumpaan dengan penciptanya.
Inilah seruan Imam pencetus Revolusi Islam Iran kepada kita, "Wahai para pecinta Zat Yang Mahakekal dan para pedamba Kekasih Yang Maha Suci dari aneka cacat, wahai kupu-kupu yang terbang mengitari Cahaya Keindahan Yang Maha Mutlak dan para musafir yang tersesat di lembah kebimbangan dan kesirnaan, kembalilah sejenak kepada fitrah kalian. Bukalah lembaran-lembaran jiwamu untuk mengetahui bahwa Zat Yang Mahakuasa telah menggariskan dalam fitrah kalian suatu ketetapan yang berbunyi:
Sesungguhnya aku palingkan wajahku kepada-Nya, yang telah menciptakan langit dan bumi...(QS al-An`am: 79)
Fitrah Allah yang dengannya Ia menciptakan manusia. (QS ar-Rum: 30)
Fitrah itu adalah fitrah untuk memalingkan wajah guna menatap Kekasih Mutlak dan ia tak berubah. Fitrah itu adalah kecenderungan untuk mencari makrifah Allah."
Rasulullah Muhammad dan Jalan Kesempurnaan
Salah satu falsafah dari diutusnya nabi agung Muhammad Saw adalah agar manusia sampai kepada kesempurnaan, sampai kepada Allah. Mampu menatap dan berpaling kepada penciptanya.
Imam Jakfar Shadiq as saat beliau ditanya oleh seoang atheis tentang bagaimana membuktikan para nabi dan rasul,beliau menjawab bahwa setelah membuktikan adanya pencipta yang Maha Tinggi, Maha Agung dan Bijaksana, maka Allah mengutus beberapa utusan untuk setiap manusia. Setiap utusan-Nya datang untuk menjelaskan ketauhidan dan keimanan serta menerangkan kepada mereka hal-hal yang baik dan berguna. Bukan hanya itu, mereka juga menerangkan hal-hal yang dapat mempertahankan dan melestarikan kehidupan mereka dan dapat membinasakan mereka bila perintah itu ditinggalkan.
Dalam al Quran surat al-Ahzab ayat 45-47, Allah Swt memperkenalkan rasul-Nya:
"Hai Nabi, sesungguhnya Kami mengutusmu untuk jadi saksi, dan pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan, dan untuk jadi penyeru kepada Agama Allah dengan izin-Nya dan untuk jadi cahaya yang menerangi. Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang mukmin bahwa sesungguhnya bagi mereka karunia yang besar dari Allah."
Muhammad adalah utusan Allah, kekasih Allah, makhluk termulia dan tersempurna di bumi. Rasulullah Muhammad adalah teladan kesempurnaan agar umatnya menyempurna, sesuai dengan fitrahnya, memalingkan wajah kepada pemilik segalanya.
Maha Sempurna Allah, memerintahkan manusia untuk menyempurna dan Allah pun memberikan teladan kesempurnaan. Dialah Rasulullah yang mendapat pujian dari Allah sendiri ketika nabi lain tiada yang mendapatkannya, karena akhlaknya yang luhur.
Dialah Rasulullah yang mendapat kedudukan tinggi di sisi Allah, "maqam mahdud", maqam yang hanya digapai olehnya seorang. Hanya Rasulullah saja, berkat kesempurnaanya, menggapai "qurb" kedekatan dengan Allah dikala Mikraj. Kedekatan teramat rapat yang hampir menyebabkan sayap malaikat Jibril terbakar. "Kemudian dia mendekat, lalu bertambah dekat lagi. Maka jadilah dia dekat (pada Muhammad sejarak) dua ujung busur panah atau lebih dekat (lagi)." (QS an-Najm: 8-9)
Adalah Rasulullah yang mendapat anugerah spesial dari Allah yakni shalawat. Allah bershalawat kepadanya begitupula Malaikat. Dan umat Muhammad pun diperintahkan bershalawat jika ingin menyempurna.
Menyampaikan shalawat kepada Rasulullah adalah jalan kesempurnaan, jalan menggapai ridha Tuhan. Shalawat kepada Muhammad dan keluarganya adalah cahaya dikala kita meniti shirot(jalan). Shalawat kepada Muhammad dan keluarganya adalah pembuka segala doa. Shalawat kepada Muhammad dan keluarganya adalah pintu ampunan malaikat buat kita.
Imam Baqir as berkata, "Hal yang paling berat timbangannya pada Hari Kiamat adalah shalawat kepada Muhammad dan keluarganya."
Allah adalah kesempurnaan, cinta Muhammad dan keluarganya adalah jalan menuju kesempurnaan itu. Wallahu `alam. (IRIB Indonesia)
Imam Khomeini, ketika membahas hadis tentang fitrah dalam buku empat puluh hadisnya menyebutkan, "Untuk memahami bahwa keyakinan akan keberadaan Wujud Awal dari sesuatu telah tertanam dalam fitrah manusia, kita perlu memahami terlebuh dahulu sebuah realitas, yaitu bahwa salah satu diantara hal-hal fitriah manusia adalah kecintaan dan kerinduan akan kesempurnaan. Ini adalah karakter bawaan semenjak lahir yang dimiliki seluruh generasi umat manusia. Tak satu indvidu pun dari mereka yang tak memilikinya atau berlawanan dengan karakter ini."
Bahkan Imam Khomeini memperjelas bahwa kecenderungan cinta kesempurnaan akan selalu memotivasi dan mengarahkan pelakunya untuk terus bekerja dan berupaya keras membanting tulang hingga membuahkan kesuksesan yang dapat diraihnya. Cinta kepada kesempurnaan menurut Imam adalah sumber segala aktivitas.
Maka semua manusia beraktivitas karena didorong oleh kecintaan untuk menyempurna meski berbeda tentang persepsi tentang hakikat kesempurnaan itu sendiri. Beragam cara dan jalan ditempuh untuk menjadi sempurna, dan tentunya perbedaan jalan itu berawal dari persepsi dan kualitas para pelaku itu sendiri. Sehingga berbeda jalan yang di tempuh untuk sempurna atau beda kualitas kesempurnaan yang diraih, menandakan tingkat pengetahuan dan nilai dari pencari kesempurnaan.
Dalam Ghurar al-Hikam Imam Ali as mengatakan, "Orang yang berakal mencari kesempurnaan sedangkan orang yang bodoh mencari harta."
Kesempurnaan yang dipahami anak kecil berbeda dengan pemahaman orang dewasa. kesempurnaan ahli ilmu tidak sama dengan kesempurnaan seorang pengusaha. Kesempurnaan yang ingin diraih orang awam sangat berbeda jauh dengan keinginan orang arif. Atau contoh-contoh lainnya yang menandakan perbedaan pemahaman akan hakikat kesempurnaan. Benang merahnya adalah adanya kesefahaman bahwa ada cinta kepada kesempurnaan.
Dengan berlalunya waktu, saat akal manusia mendominasi dan digunakan sebagaimana mestinya, akan timbul kesadaran bahwa pencarian manusia kepada kesempurnaan selama ini ternyata hanya mengantarkan kepada kesempurnaan-kesempurnaan semu.Kesempurnaan yang masih memerlukan penyempurnaan. Sedangkan fitrah sejatinya menuntut kesempurnaan tanpa cacat, kesempurnaan yang benar-benar sempurna, kesempurnaan mutlak.
Kembali mengutip tulisan Imam Khomeini ra, "Pada akhirnya, kesempurnaan mutlak adalah dambaan setiap manusia. Secara bulat seluruh makhluk secara bulat dan fasih akan mengatakan, `Kami adalah para pecinta Kesempurnaan Mutlak; hati kami dibakar oleh cinta kepada Keindahan Mutlak; kami adalah pencari Pengetahuan Mutlak dan kekuasaan Mutlak."
Kesempurnaan tanpa cacat yang dicintai itu adalah Allah Pemilik semesta. Keindahan tak tercela yang membakar hati pecinta itu adalah Allah Sang pencipta. Pengetahuan sejati yang dicari itu adalah Allah Yang Maha Mengetahui dan Kekuasaan Mutlak yang membuat semua makhluk tunduk itu adalah Allah Sang Maha Kuasa.
Ya, sudah semestinya semua mahkluk merindukan Allah, semua ciptaan mendambakan perjumpaan dengan penciptanya.
Inilah seruan Imam pencetus Revolusi Islam Iran kepada kita, "Wahai para pecinta Zat Yang Mahakekal dan para pedamba Kekasih Yang Maha Suci dari aneka cacat, wahai kupu-kupu yang terbang mengitari Cahaya Keindahan Yang Maha Mutlak dan para musafir yang tersesat di lembah kebimbangan dan kesirnaan, kembalilah sejenak kepada fitrah kalian. Bukalah lembaran-lembaran jiwamu untuk mengetahui bahwa Zat Yang Mahakuasa telah menggariskan dalam fitrah kalian suatu ketetapan yang berbunyi:
Sesungguhnya aku palingkan wajahku kepada-Nya, yang telah menciptakan langit dan bumi...(QS al-An`am: 79)
Fitrah Allah yang dengannya Ia menciptakan manusia. (QS ar-Rum: 30)
Fitrah itu adalah fitrah untuk memalingkan wajah guna menatap Kekasih Mutlak dan ia tak berubah. Fitrah itu adalah kecenderungan untuk mencari makrifah Allah."
Rasulullah Muhammad dan Jalan Kesempurnaan
Salah satu falsafah dari diutusnya nabi agung Muhammad Saw adalah agar manusia sampai kepada kesempurnaan, sampai kepada Allah. Mampu menatap dan berpaling kepada penciptanya.
Imam Jakfar Shadiq as saat beliau ditanya oleh seoang atheis tentang bagaimana membuktikan para nabi dan rasul,beliau menjawab bahwa setelah membuktikan adanya pencipta yang Maha Tinggi, Maha Agung dan Bijaksana, maka Allah mengutus beberapa utusan untuk setiap manusia. Setiap utusan-Nya datang untuk menjelaskan ketauhidan dan keimanan serta menerangkan kepada mereka hal-hal yang baik dan berguna. Bukan hanya itu, mereka juga menerangkan hal-hal yang dapat mempertahankan dan melestarikan kehidupan mereka dan dapat membinasakan mereka bila perintah itu ditinggalkan.
Dalam al Quran surat al-Ahzab ayat 45-47, Allah Swt memperkenalkan rasul-Nya:
"Hai Nabi, sesungguhnya Kami mengutusmu untuk jadi saksi, dan pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan, dan untuk jadi penyeru kepada Agama Allah dengan izin-Nya dan untuk jadi cahaya yang menerangi. Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang mukmin bahwa sesungguhnya bagi mereka karunia yang besar dari Allah."
Muhammad adalah utusan Allah, kekasih Allah, makhluk termulia dan tersempurna di bumi. Rasulullah Muhammad adalah teladan kesempurnaan agar umatnya menyempurna, sesuai dengan fitrahnya, memalingkan wajah kepada pemilik segalanya.
Maha Sempurna Allah, memerintahkan manusia untuk menyempurna dan Allah pun memberikan teladan kesempurnaan. Dialah Rasulullah yang mendapat pujian dari Allah sendiri ketika nabi lain tiada yang mendapatkannya, karena akhlaknya yang luhur.
Dialah Rasulullah yang mendapat kedudukan tinggi di sisi Allah, "maqam mahdud", maqam yang hanya digapai olehnya seorang. Hanya Rasulullah saja, berkat kesempurnaanya, menggapai "qurb" kedekatan dengan Allah dikala Mikraj. Kedekatan teramat rapat yang hampir menyebabkan sayap malaikat Jibril terbakar. "Kemudian dia mendekat, lalu bertambah dekat lagi. Maka jadilah dia dekat (pada Muhammad sejarak) dua ujung busur panah atau lebih dekat (lagi)." (QS an-Najm: 8-9)
Adalah Rasulullah yang mendapat anugerah spesial dari Allah yakni shalawat. Allah bershalawat kepadanya begitupula Malaikat. Dan umat Muhammad pun diperintahkan bershalawat jika ingin menyempurna.
Menyampaikan shalawat kepada Rasulullah adalah jalan kesempurnaan, jalan menggapai ridha Tuhan. Shalawat kepada Muhammad dan keluarganya adalah cahaya dikala kita meniti shirot(jalan). Shalawat kepada Muhammad dan keluarganya adalah pembuka segala doa. Shalawat kepada Muhammad dan keluarganya adalah pintu ampunan malaikat buat kita.
Imam Baqir as berkata, "Hal yang paling berat timbangannya pada Hari Kiamat adalah shalawat kepada Muhammad dan keluarganya."
Allah adalah kesempurnaan, cinta Muhammad dan keluarganya adalah jalan menuju kesempurnaan itu. Wallahu `alam. (IRIB Indonesia)
0 komentar:
Posting Komentar